jejak kehidupan

Seorang anak mengikuti langkah ayah nya yang berjalan lebar. Sang anak tergopoh-gopoh mengikuti. Sang ayah dari seorang sufi ternama. Hidup satu zaman dengan Imam besar Al Gazali. Dialah sufi Arozi. Suatu hari Arozi mengajak putranya kebukit dekat kampung mereka di Bukara.

“Tunggu ayah, tunggu! “, Kata putranya,” sulit aku mengikuti langkah ayah yang lebar-lebar” , lanjutnya dengan terengah –engah.

Arozi melambatkan langkahnya. Menunggu putranya. Dan ketika putranya mendekat mereka berjalan bersama lagi. Dengan langkah rozi yang lebih lebar maka sang ana tertinggal lagi.”ayah, jangan cepat-cepat” kata anaknya.

Arozi berjalan terus. Naik kebukit sang anak semakin tertinggal. Tak lama mendekati puncak, teriakan sang anak memanggil lagi. “Ayah, dimana engkau?” sang anak bertanya sambil berteriak. Lalu terdengar disekeliling bukit terdengar suara AYAH DIMANA ENGKAU? Berkali kali dengan suara berikut semakin kecil..”hah, siapa itu yang berteriak?’ tanya sang anak dalam hati.

“Ayah!” panggil sang anak...tak lama suara..AYAH.....AYAH....AYAH...

“Apa itu? “, Tanya sang anak, merenung lama dia. Dipahaminya setiap suaranya tergaung kembali dibukit ini. Dengan suara berikut makin pelan

“Kenapa aku ditinggal, ayah nakal!”,teriak sang anak kesal..tak lama suara gaung kembali suara...kenapa aku ditingal, ayah nakal...ditinggal ayah nakal...nakal....nakal..

Sang anak tak mendapat jawaban dari Arozi. Sang anak memutuskan terus berjalan mengikuti jejak jalan setapak. Selang berapa lama, bertemulah dia dengan sang ayah yang sedang duduk. Berdiam menatap pemandangan..mulutnya komat kamit kecil tak dengan suara. Matanya berbinar menandakan suka cita, ekspresi wajahnya bersyukur.

“Ayah, mengapa aku ditinggal?” sang anak bertanya.

Arozi tersenyum,” aku tidak meninggalkanmu,nak..aku meninggalkanmu jika tak ada jejak..namun jalan setapak itu adalah jejakku. Ikuti.pasti sampai. Dalam hal kehidupan pun demikian, para nabi dan orang suci meninggalkan jejak, tak perlu mereka ada, jejak mereka kau ikuti, engkau pasti sampai ketempat mereka”.

Tadi aku berteriak, kemudian ada suara yang sama berbalik mengikuti kata-kataku dengan berkali-kali makin mengecil suaranya, itu apa ayah?”. Sang anak kembali bertanya.

“Itu adalah KEHIDUPAN”, arozi melanjutkan,” apa yang engkau beri, itulah yang engkau dapat. Jika engkau ingin mendapat sesuatu, beri dulu. apapun yang kau beri, kehidupan menerimanya sebagai energi. Energi itu kekal, dan akan kembali lagi kepadamu. Engkau berkata hidup ini sulit, maka sulit kembali kepadamu, engkau berkata hidup ini mudah..itupun kembali kepadamu. Hati-hati lah dalam mengeluarkan kata-kata. Kata-kata itu doa. Kata-kata itu energi yang akan kembali kepadamu”