Seperti rerumputan, aku tumbuh berkali-kali ditepian
sungai yang deras mengalir
Selama ribuan tahun aku hidup, berkarya
Dan berusaha dalam beraneka ragam tubuh
Waktu melaju tiada henti-hentinya,
seperti setetes air aku menyatu dengan lautan
Tapi saksikanlah bagaimana aku menyatu dari situ
Sebagaimana embun aku melayang-layang
diatas samudera keabadian
Dan muncul sebagai gelombang yang menderu dilautan
-Mansyur Al Hallaj-
Manusia
yang sudah bisa mengendalikan kerja akal dan hati akan lebih mudah
mengenal tuhan daripada mereka yang masih terkungkung pada diri yang
hanya berorientasi pada fisik semata. Lebih tinggi lagi, sebagian
manusia yang sudah bisa mengaktifkan kerja akal Fikr sebagaimana firman
Allah ta’ala: afala tatafakkaruun. Dengan fikr ini manusia sudah mampu
menjangkau hal-hal yang tidak tampak di dunia ini. Mari kita bedah hal
ini secara lebih detail dengan tujuan agar kita bisa bertambah wawasan
sekaligus berani mencoba untuk meluruskan NIAT DAN LAKU MENEMBUS ALAM
MIKRAJ….
Sangat banyak faktor
yang dapat menghambat evolusi jiwa/ruhani kita dalam pencapaian tingkat
yang lebih sempurna. Agar di dalam menghadap menuju Sang Sumber penuh
dengan kepasrahan untuk menyatu ke dalam relung-relung keabadian. Faktor
penghambat itu antara lain adalah gambaran, khayalan, lamunan atau
anggapan-anggapan yang merintangi dan menghalangi atau mengganggu diri
kita dalam mencapai derajat tinggi disisiNya. Haruslah segala rintangan
itu dibuang jauh-jauh, harus disingkirkan. Segala emosi yang melekat
pada diri kita disaat berinteraksi dengan keduniaan, hapuslah semuanya.
Supaya jiwa kita dan semangat kita berkembang dengan teguh serta bebas
sehingga dapat memantapkan kepercayaan kepada diri pribadi kita
sebagaimana yang telah kita saksikan di alam Mi’raj.
Add caption |
Itu adalah suatu hal
yang amat buruk dan keburukannya (akibatnya) akan menimpa dirinya
sendiri. Berusahalah dengan kesungguhan yang mantap memperkuat karep
(tekad) kita dalam mengikuti kehendak Tuhan, dengan tuntunan kitab yang
ada dalam diri pribadi kita masing-masing. Muliakanlah, Agungkanlah,
sanjunglah dan hormatilah sebagai barang yang amat berharga yang ada
pada diri pribadi kita. Tebalkanlah keyakinan kita dan sentausakanlah
Iman kita serta pergunakan kejujuran hati kita untuk menghindari
perbuatan yang sesat. Usahakanlah agar kita selalu ingat dan waspada,
bijaksana dan selalu berbuat kebajikan. Perhatikan hasil dan keuntungan
yang keluar dari prosesnya pikiran pribadi yang baik (Positive
Thingking), disertai dengan laku yang benar. Berdasarkan pada kesopanan
dan kesantunan serta kejujuran, menggunakan pikiran yang tajam, jernih
dan merdeka.
Singkirkanlah
sifat-sifat yang buruk, yaitu menuruti hawa nafsu yang rendah dan juga
hilangkanlah sifat-sifat yang mementingkan diri sendiri serta pandangan
yang keliru dan picik. Bertindaklah untuk mengikuti jalan utama.
Sempurnakanlah dalam memelihara keimanan yang teguh untuk mendekati dan
memegang kesempurnaannya. Agar nanti kita tidak akan kekurangan
penerangan dalam perjalanan menuju ketentraman dimana kita akan menerima
warisan keberkahan yang abadi. Maka tiada lain bagi kita yang masih
baru dalam mengenal dan berusaha akrab dengan diri pribadi kita,
haruslah melatih diri dengan pekerti luhur, memberi dorongan kepada
tujuan yang semestinya. Beruzlah atau Tafakur untuk berusaha membuang
(melepaskan) beban sampah dikepala. Berkonsentrasi, kemudian mencurahkan
segenap cipta kearah sasaran yang sering kita sebut RUPA SEJATI,
sebagaimana kita semua saksikan.
Hendaklah TAFAKUR itu
dilakukan dengan rutin dan dengan penuh kesungguhan dalam melewati
fase-fase untuk mencapai tafakur sempurna yang penuh dengan kenikmatan.
Karena telah mampu mengalahkan diri sendiri dari tabiat-tabiatnya kearah
negatif (Nafsu rendah) dan membawa ke dalam pimpinan yang telah
disinari Cahaya Keluhuran (Cahaya Nur Muhammad) Sebagaimana yang
diterangkan dalam Al Qur’an, bahwa dalam diri setiap manusia ada rasul
yang harus dijadikan panutan. “Ketahuilah bahwa pada engkau ada Rasul
Allah, Dia dalam banyak urusan selalu mengikuti engkau, tetapi jika
engkau tidak mengikuti dia tentulah engkau akan mendapat kesusahan, maka
Allah menjadikan engkau Cinta kepada keimanan dan menjadikan Iman suatu
hiasan dalam hatimu, dan menjadikan engkau benci kepada kekafiran,
kefasikan dan kedurhakaan. Yang demikian itulah orang-orang yang
mengikuti Jalan lurus.” (QS. Al Hujarat , 49 ayat 7 )
Untuk itulah, bagi para
penempuh jalan spiritual harus terus-menerus istiqomah memperbaiki
diri, meningkatkan kadar pencerahan ruhani kita agar evolusi ruhani kita
semakin maju ketingkat/maqam yang lebih baik, dari hari kehari.
Sehingga kita tidak mengalami stagnasi/berhenti ditempat atau bahkan
mundur dan melupakan amanat yang telah diberikan, yaitu Cahaya yang ada
pada diri kita masing-masing.
SIFAT 20
Sasaran evolusi ruhami
manusia sesungguhnya adalah meningkatkan kemampuan sifat 20 yang
dimiliki oleh Ruhani kita. Diri kita akan semakin peka dan sensitif
apabila kita semakin sering berlatih, bertafakur, meditasi dan sering
melakukan Laku Mi’raj. Diri sejati yang didiami oleh sifat Allah antara
lain sifat Ilmu dan bashar, akan memberikan petunjuk kepada kita
terhadap permasalahan yang kita hadapi. Sehingga petunjuk yang kita
dapatkan menjadi solusi dan jalan keluar terhadap permasalahan kita.
Apabila kita tertidur kemampuan dari Jiwa/ruhani kita akan lebih dominan
atau bangkit.
Hal ini terjadi
dikarenakan ruhani kita terlepas dari pengaruh fisik yang selama
seharian selalu lebih dominan mempengaruhi hidup keseharian kita. Beliau
juga menjelaskan perbedaan antara Mati, Tidur dan Tafakur serta Laku
Mi’raj sangat tipis sekali perbedaannya. Perkara Mati, Tidur dan
Tafakur (Mi’raj) sama-sama mengalami disfungsi pengaruh fisik. Mulai
dari panca indra dan fungsi fa’al dalam diri kita. Perbedaan yang
mencolok hanya pada proses mengalami SADAR atau tidak SADAR saat
melepaskan pengaruh fisik dan fa’al pada diri kita.
Bila pengaruh fisik
kita melemah, secara otomatis pengaruh ruhani kita akan menguat.
Pengaruh ruhani inilah yang sering disebut dengan kemampuan Sifat 20.
Ada sekitar 8 kemampuan/sifat yang muncul saat ruhani kita bangkit.
Sifat ini adalah 8 dari 20 sifat yang kita kenal dalam pembahasan sifat
20. Sifat itu adalah sebagai berikut : Wujud (sifat 1), Baqa
(kekal-sifat 3), Mukhalafah lil Hawadis (Tidak ada sama dengan
apapun-sifat 4), Iradat (Kehendak/karsa-sifat 8), Hayat (Hidup-sifat
10), Sama’ (Mendengar-sifat 11) Bashar (Melihat-sifat 12), Qalam
(Bersabda-sifat 13). Inilah kemampuan/sifat yang harus terus dipupuk
sehingga semakin peka dan sensitif. Sehingga kita bisa untuk selalu
ingat, Sabar dan Waspada terhadap segala ketentuan yang Allah tetapkan.
Dalam pandangan para
Wali tanah Jawa, Roh manusia itu mengandung sifat dua puluh. Jadi sifat
dua puluh hakikatnya diperuntukkan kepada manusia, karena sifat dari
Maha Roh tidaklah terbatas, bukan terbatas hanya dua puluh sifat saja.
Penjelasan sifat dua puluh menurut para Wali tanah Jawa, dapat diuraikan
dengan penjelasan bahwa Sifat dua puluh dapat dibagi menjadi empat
bagian yaitu Wujud, yang dimasukkan dalam bagian Nafsiah, yang berarti
kepribadian yang ditiupkan Allah kepada manusia. Qidam, Baqa,
Mukhalafatu lil hawadits, Qiyamuhu bi nafsihi dan Wahdaniyah, yang
dimasukkan dalam bagian Salbiyah, yang berarti keterangan dari
kepribadian yang ditiupkan Allah kepada manusia. Qudrat, Iradat, Ilmu,
Hayat, Sama’, Bashar dan Qalam, yang dimasukkan dalam bagian Ma’nawi,
yang berarti kemampuan dari kepribadian yang ditiupkan Allah kepada
manusia. Qadiran, Muridan, ‘Alimun, Hayum, Sami’an, Bashiran dan
Mutaqaliman, yang dimasukkan dalam bagian Ma’nawiyah, yang berarti
keistimewaan dari kepribadian yang ditiupkan kepada Allah kepada
manusia.
Jadi berdasarkan
pembagian sifat dua puluh seperti tersebut diatas dapat disimpulkan
bahwa Roh manusia itu ada Wujudnya, yaitu berupa Cahaya Yang Terang
Benderang. Hal ini dikarenakan Roh manusia adalah bagian dari Maha Roh (
Allah ) dan kita telah membahas di awal tulisan ini, bahwa hakikat
sesungguhnya dari Wujud Allah adalah Cahaya Diatas Cahaya atau Nurun
‘ala Nurin, sehingga Roh manusia yang merupakan bagian dari Maha Roh
(Allah), Wujudnyapun adalah Cahaya. Dengan kata lain Roh manusia adalah
percikan (emanasi) dari Cahaya Allah. Dalam doktrin tasawuf, Roh manusia
sering disebut dengan istilah Nur Insan, sedangkan Allah sering disebut dengan Nur Allah.
Nur Insan adalah percikan dari Nur Allah. Nur Insan (Roh manusia) ini
mempunyai empat ciri (salbiyah) yaitu Qidam (tidak berawal dan
berakhir), Baqa (kekal), Mukhalafatu lil hawadits (tidak serupa dengan
apapun), Qiyamuhu bi nafsihi (bangkit dengan sendirinya), dan Wahdaniyah
(tunggal).
Nur Insan (Roh manusia)
ini juga mempunyai tujuh kemampuan (ma’nawi) yaitu Qudrat (kuasa),
Iradat (kehendak), Ilmu (pengetahuan), Hayat (hidup), Sama’ (mendengar),
Bashar (melihat) dan Qalam (berkata). Kemudian Nur Insan (Roh manusia)
mempunyai tujuh keistimewaan (ma’nawiyah) yang diberikan oleh Maha Roh
(Allah) yaitu Qadiran (Maha Kuasa), Muridan (Maha Berkehendak), ‘Aliman
(Maha Berpengetahuan), Hayum (Maha Hidup), Sami’an (Maha Mendengar),
Bashiran (Maha Melihat) dan Mutaqaliman (Maha Berkata). Keistimewaan
tersebut diberikan Allah kepada manusia dengan syarat Roh manusia itu
selalu berhubungan kepada-Nya. Keistimewaan ini bersifat “TANAZUL
TARAQI” (turun naik) artinya keistimewaan tersebut hanyalah kehendak
Allah semata dan biasanya keistimewaan ini muncul apabila Allah ingin
memperlihatkan kekuasaannya kepada para makhluk-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
stroom09@gmail.com