saleh bin Ubaid bin ‘Ashif bin Masih bin ‘Abid bin Hazir bin Samud bin Amir bin Irim bin Syam bin Nuh. Saleh merupakan anak tertua dan memiliki dua orang adik yang bernama Aanar dan Ashkol.
Tsamud adalah suku yang merupakan bagian
dari bangsa Arab oleh ahli sejarah dan ada pula yang menggolongkan
mereka ke dalam kaum Yahudi. Kaum ini tinggal di dataran bernama “Al
Hijr” terletak antara Hijaz dan Syam yang dahulunya termasuk jajahan dan
dikuasai oleh suku Aad yang telah binasa karena dilanda angin
topan yang dikirim oleh Allah sebagai pembalasan atas pembangkangan dan
pengingkaran mereka terhadap dakwah dan risalah Hud.
Kemakmuran dan kemewahan hidup serta
kekayaan alam yang dahulu dimiliki dan dinikmati oleh suku Aad telah
diwarisi oleh kaum Tsamud. Tanah-tanah yang subur yang memberikan hasil
berlimpah ruah,binatang-binatang perahan dan lemak yang berkembang biak,
kebun-kebun bunga yag indah, bangunan rumah-rumah yang didirikan di
atas tanah yang rata dan dipahatnya dari gunung. Semuanya itu menjadikan
mereka hidup tenteram, sejahtera, dan bahagia, merasa aman dari segala
gangguan alam dan mengaku bahawa kemewahan hidup mereka akan kekal bagi
mereka dan anak keturunan mereka.
Kaum Tsamud tidak mengenal Tuhan. Tuhan
mereka adalah berhala-berhala yang mereka sembah dan puja, kepadanya
mereka berkorban, tempat mereka meminta perlindungan dari segala bala
dan musibah dan mengharapkan kebaikan serta kebahagiaan. Mereka tidak
dapat melihat atau memikirkan lebih jauh dan apa yang dapat mereka
jangkau dengan pancaindera.
Dakwah kepada kaum Tsamud
Allah Yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang tidak akan membiarkan hamba-hamba-Nya berada dalam kegelapan
terus-menerus tanpa diutusnya pesuruh di sisi-Nya untuk memberi
penerangan dan memimpin mereka keluar dari jalan yang sesat ke jalan
yang benar. Demikian pula Allah tidak akan menurunkan azab dan seksaan
kepada suatu umat sebelum mereka diperingatkan dan diberi petunjukkan
oleh-Nya dengan perantara seorang yang dipilih untuk menjadi utusan dan
rasul-Nya. Sunnatullah ini berlaku pula kepada kaum Tsamud, yang kepada
mereka telah diutuskan Nabi Saleh seorang yang telah dipilih-Nya dari
suku mereka sendiri, dari keluarga yang terpandang dan dihormati oleh
kaumnya, terkenal tangkas, cerdik, pandai, rendah hati dan ramah-tamah
dalam pergaulan.
Dikenalkan mereka oleh Nabi Saleh kepada
Tuhan yang sepatutnya mereka sembah, Tuhan Allah Yang Maha Esa, yang
telah mencipta mereka, menciptakan alam sekitar mereka, menciptakan
tanah-tanah yang subur yang menghasilkan bahan-bahan keperluan hidup
mereka, mencipta binatang-binatang yang memberi manfaat dan berguna bagi
mereka dan dengan demikian memberi kepada mereka kenikmatan dan
kemewahan hidup dan kebahagiaan lahir dan batin. Tuhan Yang Esa itulah
yang harus mereka sembah dan bukan patung-patung yang mereka pahat
sendiri dari batu-batu gunung yang tidak berkuasa memberi sesuatu kepada
mereka atau melindungi mereka dari ketakutan dan bahaya.
Nabi Saleh memperingatkan mereka bahwa
ia adalah seorang daripada mereka, terjalin antara dirinya dan mereka
ikatan keluarga dan darah. Mereka adalah kaumnya dan sanak keluarganya
dan dia adalah seketurunan dan sesuku dengan mereka. Ia mengharapkan
kebaikan dan kebajikan bagi mereka dan sesekali tidak akan menjerumuskan
mereka ke dalam hal-hal yang akan membawa kerugian, kesengsaraan dan
kebinasaan bagi mereka. Ia menerangkan kepada mereka bahwa dia adalah
pesuruh dan utusan Allah, dan apa yang diajarkan dan didakwahkan kepada
mereka adalah amanat Allah yang harus dia sampaikan kepada mereka untuk
kebaikan mereka semasa hidup dan sesudah mereka mati di akhirat kelak.
Dia berharap yang kaumnya mempertimbangkan dan memikirkan
bersungguh-sungguh apa yang dia serukan dan anjurkan agar mereka segera
meninggalkan penyembahan kepada patung berhala itu dan percaya beriman
kepada Allah Yang Maha Esa seraya bertaubat dan mohon keampunan
kepada-Nya atas dosa dan perbuatan syirik yang selama ini telah mereka
lakukan. Allah maha dekat kepada mereka dengan mendengarkan doa mereka
dan memberi keampunan kepada yang bersalah apabila dimintanya.
Terperanjatlah kaum Saleh mendengar
seruan dan dakwahnya yang bagi mereka merupakan hal yang baru yang tidak
diduga akan datang dari saudara atau anak mereka sendiri. Maka serentak
ditolaknya ajakan Nabi Saleh itu seraya berkata mereka kepadanya:”Wahai
Saleh! Kami mengenalmu seorang yang pandai, tangkas dan cerdas,
fikiranmu tajam dan pendapat serta semua pertimbanganmu selalu tepat.
Pada dirimu kami melihat tanda-tanda kebajikan dan sifat-sifat yang
terpuji. Kami mengharapkan dari engkau sebetulnya untuk memimpin kami
menyelesaikan hal-hal yang rumit yang kami hadapi, memberi petunjuk
dalam soal-soal yang gelap bagi kami dan menjadi ikutan dan kepercayaan
kami di kala kami menghadapi krisis dan kesusahan. Akan tetapi segala
harapan itu menjadi meleset dan kepercayaan kami kepadamu tergelincir
hari ini dengan tingkah lakumu dan tindak tandukmu yang menyalahi
adat-istiadat dan tatacara hidup kami. Apakah yang engkau serukan kepada
kami? Engkau menghendaki agar kami meninggalkan persembahan kami dan
nenek moyang kami, persembahan dan agama yang telah menjadi darah daging
kami menjadi sebahagian hidup kami sejak kami dilahirkan dan tetap
menjadi pegangan untuk selama-lamanya. Kami sesekali tidak akan
meninggalkannya kerana seruanmu dan kami tidak akan mengikutimu yang
sesat itu. Kami tidak mempercayai cakap-cakap kosongmu bahkan meragui
kenabianmu. Kami tidak akan mendurhakai nenek moyang kami dengan
meninggalkan persembahan mereka dan mengikuti jejakmu.”
Nabi Saleh memperingatkan mereka agar
jangan menentangnya dan agar mengikuti ajakannya beriman kepada Allah
yang telah mengurniai mereka rezeki yang luas dan penghidupan yang
sejahtera. Diceritakan kepada mereka kisah kaum-kaum yang mendapat
seksaan dan azab dari Allah kerana menentang rasul-Nya dan mendustakan
risalah-Nya. Hal yang serupa itu dapat terjadi ke atas mereka jika
mereka tidak mahu menerima dakwahnya dan mendengar nasihatnya, yang
diberikannya secara ikhlas dan jujur sebagai seorang anggota dari
keluarga besar mereka dan yang tidak mengharapkan atau menuntut upah
daripada mereka atas usahanya itu. Ia hanya menyampaikan amanat Allah
yang ditugaskan kepadanya dan Allahlah yang akan memberinya upah dan
ganjaran untuk usahanya memberi pimpinan dan tuntutan kepada mereka.
Sekelompok kecil dari kaum Tsamud yang
kebanyakannya terdiri dari orang-orang yang berkedudukan sosial lemah
menerima dakwah Nabi Saleh dan beriman kepadanya sedangkan sebahagian
yang terbesar terutamanya mereka yang tergolong orang-orang kaya dan
berkedudukan tetap berkeras kepala dan menyombongkan diri menolak ajakan
Nabi Saleh dan mengingkari kenabiannya dan berkata kepadanya:” Wahai
Saleh! Kami kira bahawa engkau telah dirasuk syaitan dan terkena sihir.
Engkau telah menjadi sinting dan menderita sakit gila. Akalmu sudah
berubah dan fikiranmu sudah kacau sehingga engkau tidak sedar yang
engkau telah mengeluarkan kata-kata yang tidak masuk akal dan mungkin
engkau sendiri tidak memahaminya. Engkau mengaku bahwa engkau telah
diutuskan oleh Tuhanmu sebagai nabi dan rasul-Nya. Apakah kelebihanmu
daripada kami semua sehingga engkau dipilih menjadi rasul, padahal ada
orang-orang di antara kami yang lebih patut dan lebih cekap untuk
menjadi nabi atau rasul daripada engkau. Tujuanmu dengan bercakap kosong
dan kata-katamu hanyalah untuk mengejar kedudukan dan ingin diangkat
menjadi kepala dan pemimpin bagi kaummu. Jika engkau merasa bahwa engkau
cerdas dan cergas dan mengaku bahwa engkau tidak mempunyai arah dan
tujuan yang terselubung dalam dakwahmu itu maka hentikanlah usahamu
menyiarkan agama barumu dengan mencerca penyembahan kami dan nenek
moyangmu sendiri. Kami tidak akan mengikuti jalanmu dan meninggalkan
jalan yang telah ditempuh oleh orang-orang tua kami lebih dahulu.
Nabi Saleh menjawab: ” Aku telah
berulang-ulang mengatakan kepadamu bahwa aku tidak mengharapkan sesuatu
apapun daripadamu sebagai balasan atas usahaku memberi penerangan kepada
kamu. Aku tidak mengharapkan upah atau mendambakan pangkat dan
kedudukan bagi usahaku ini yang aku lakukan semata-mata atas perintah
Allah dan daripada-Nya kelak aku harapkan balasan dan ganjaran untuk itu
dan bagaimana aku dapat mengikutimu dan menterlantarkan tugas dan
amanat Tuhan kepadaku, padahal aku talah memperoleh bukti-bukti yang
nyata atas kebenaran dakwahku. Janganlah sesekali kamu harapkan bahawa
aku akan melanggar perintah Tuhanku dan melalaikan kewajibanku
kepada-Nya hanya semata-mata untuk melanjutkan penyembahan nenek moyang
kami yang jahil itu. Siapakah yang akan melindungiku dari murka dan azab
Tuhan jika aku berbuat demikian? Sesungguhnya kamu hanya akan merugikan
dan membinasakan aku dengan seruanmu itu.”
Setelah gagal dan berhasil menghentikan
usaha dakwah Nabi Saleh dan dilihatnya ia bahkan makin giat menarik
orang-orang mengikutnya dan berpihak kepadanya, para pemimpin dan pemuka
kaum Tsamud berusaha hendak membendung arus dakwahnya yang makin lama
makin mendapat perhatian terutama dari kalangan bawahan menengah dalam
masyarakat. Mereka menentang Nabi Saleh dan untuk membuktikan kebenaran
kenabiannya dengan suatu bukti mukjizat dalam bentuk benda atau kejadian
luar biasa yang berada di luar kekuasaan manusia.
Allah memberi mukjizat kepada Saleh
Nabi Saleh sadar bahwa tentangan kaumnya
yang menuntut bukti daripadanya berupa mukjizat itu adalah bertujuan
hendak menghilangkan pengaruhnya dan mengikis habis kewibawaannya di
mata kaumnya terutama para pengikutnya bila ia gagal memenuhi tentangan
dan tuntutan mereka. Nabi Saleh membalas tentangan mereka dengan
menuntut janji dengan mereka apabila dia berhasil mendatangkan mukjizat
yang mereka minta bahwa mereka akan meninggalkan agama dan penyembahan
mereka dan akan mengikuti Nabi Saleh dan beriman kepadanya.
Sesuai dengan permintaan dan petunjuk
pemuka-pemuka kaum Tsamud berdoalah Nabi Saleh memohon kepada Allah agar
memberinya suatu mukjizat untuk membuktikan kebenaran risalahnya dan
sekaligus mematahkan perlawanan dan tentangan kaumnya yang masih
berkeras kepala itu. Ia memohon dari Allah dengan kekuasaan-Nya
menciptakan seekor unta betina dikeluarkannya dari perut sebuah batu
karang besar yang terdapat di sisi sebuah bukit yang mereka tunjuk.
Maka sejurus kemudian dengan izin Allah
Yang Maha Kuasa lagi Maha Pencipta terbelahlah batu karang yang ditunjuk
itu dan keluar dari perutnya seekor unta betina.
Dengan menunjuk kepada binatang yang
baru keluar dari perut batu besar itu berkatalah Nabi Saleh kepada
mereka: ” Inilah dia unta Allah, janganlah kamu ganggu dan biarkanlah
dia mencari makanannya sendiri di atas bumi Allah, dia mempunyai giliran
untuk mendapatkan air minum dan kamu mempunyai giliran untuk
mendapatkan minuman bagimu dan bagi ternakanmu juga dan ketahuilah bahwa
Allah akan menurunkan azab-Nya apabila kamu mengganggu binatang ini.”
Kemudian berkeliaranlah unta di ladang-ladang memakan rumput sesuka
hatinya tanpa mendapat gangguan dan ketika giliran minumnya tiba
pergilah unta itu ke sebuah perigi yang diberi nama perigi unta dan
minumlah sepuas hatinya. Dan pada hari-hari giliran unta Nabi Saleh itu
datang minum, tiada seekor binatang lain berani menghampirinya, hal mana
menimbulkan rasa tidak senang pada pemilik-pemilik binatang itu yang
makin hari makin merasakan bahwa adanya unta Nabi Saleh di tengah-tengah
mereka itu merupakan gangguan laksana duri yang melintang di dalam
kerongkong.
Dengan berhasilnya Nabi Saleh
mendatangkan mukjizat yang mereka tuntut gagallah para pemuka kaum
Tsamud dalam usahanya untuk menjatuhkan kehormatan dan menghilangkan
pengaruh Nabi Saleh bahkan sebaliknya telah menambah tebal kepercayaan
para pengikutnya dan menghilangkan banyak keraguan dari kaumnya. Maka
dihasutlah oleh mereka pemilik-pemilik ternakan yang merasa jengkel dan
tidak senang dengan adanya unta Nabi Saleh yang bermaharajalela di
ladang dan kebun-kebun mereka serta ditakuti oleh binatang-binatang
peliharaannya.
Unta Nabi Saleh dibunuh
Persekongkolan diadakan oleh orang-orang
dari kaum Tsamud untuk mengatur rancangan pembunuhan unta Nabi Saleh
dan selagi orang masih dibayangi oleh rasa takut dari azab yang diancam
oleh Nabi Saleh apabila untanya diganggu di samping adanya dorongan
keinginan yang kuat untuk melenyapkan binatang itu dari atas bumi
mereka, muncullah tiba-tiba seorang janda bangsawan yang kaya raya yang
akan menyerah dirinya kepada siapa yang dapat membunuh unta Saleh. Di
samping janda itu ada seorang wanita lain yang mempunyai beberapa puteri
cantik-cantik menawarkan akan menghadiahkan salah seorang dari
puteri-puterinya kepada orang yang berhasil membunuh unta itu.
Dua macam hadiah yang menggiurkan dari
kedua wanita itu di samping hasutan para pemuka Tsamud mengundang dua
orang lelaki bernama Mushadda’ bin Muharrij dan Gudar bin Salif
berkemas-kemas akan melakukan pembunuhan bagi meraih hadiah yang
dijanjikan di samping sanjungan dan pujian yang akan diterimanya dari
para kafir suku Tsamud bila unta Nabi Saleh telah mati dibunuh.
Dengan bantuan tujuh orang lelaki
bersembunyilah kumpulan itu di suatu tempat dimana biasanya dilalui oleh
unta dalam perjalanannya ke perigi tempat ia minum dan begitu unta-unta
yang tidak berdosa itu lalu segeralah dipanah betisnya oleh Musadda’
yang disusul oleh Gudar dengan menikamkan pedangnya di perutnya.
Dengan perasaan megah dan bangga
pergilah para pembunuh unta itu ke ibu kota menyampaikan berita matinya
unta Nabi Saleh yang mendapat sambutan sorak-sorai dan teriakan gembira
dari pihak musyrikin seakan-akan mereka kembali dari medan perang dengan
membawa kemenangan yang gilang- gemilang. Berkata mereka kepada Nabi
Saleh:” Wahai Saleh! Untamu telah mati dibunuh, cobalah datangkan akan
apa yang engkau katakan dulu akan ancamannya bila unta itu diganggu,
jika engkau betul-betul termasuk orang-orang yang terlalu benar dalam
kata-katanya.”
Nabi Saleh menjawab:” Aku telah
peringatkan kamu, bahwa Allah akan menurunkan azab-Nya atas kamu jika
kamu mengganggu unta itu. Maka dengan terbunuhnya unta itu maka
tunggulah engkau akan tibanya masa azab yang Allah telah janjikan dan
telah aku sampaikan kepada kamu. Kamu telah menentang Allah dan
terimalah kelak akibat tentanganmu kepada-Nya. Janji Allah tidak akan
meleset. Kamu boleh bersuka-ria dan bersenang-senang selama tiga hari
ini kemudian terimalah ganjaranmu yang setimpal pada hari keempat.
Demikianlah kehendak Allah dan takdir-Nya yang tidak dapat ditunda atau
dihalang.”
Ada kemungkinan menurut ahli tafsir
bahwa Allah melalui rasul-Nya, Nabi Saleh memberi waktu tiga hari itu
untuk memberi kesempatan, kalau-kalau mereka sadar akan dosanya dan
bertaubat minta ampun serta beriman kepada Nabi Saleh kepada risalahnya.
Akan tetapi dalam kenyataannya tempoh
tiga hari itu bahkan menjadi bahan ejekan kepada Nabi Saleh yang
ditentangnya untuk mempercepat datangnya azab itu dan tidak usah
ditangguhkan tiga hari lagi.
Turunnya azab Allah yang dijanjikan
Nabi Saleh memberitahu kaumnya bahwa
azab Allah yang akan menimpa di atas mereka akan didahului dengan
tanda-tanda, yaitu pada hari pertama bila mereka terbangun dari tidur,
wajah mereka menjadi kuning dan akan berubah menjadi merah pada hari
kedua dan hitam pada hari ketiga dan pada hari keempat turunlah azab
Allah yang pedih.
Mendengar ancaman azab yang
diberitahukan oleh Nabi Saleh kepada kaum kelompok sembilan orang yaitu
kelompok pembunuh unta merancang melakukan pembunuhan ke atas diri Nabi
Saleh mendahului tibanya azab yang diancamkan itu. Mereka mengadakan
pertemuan rahasia dan bersumpah bersama akan melaksanakan rancangan
pembunuhan itu di waktu malam, di saat orang masih tidur nyenyak untuk
menghindari tuntutan balas darah oleh keluarga Nabi Saleh, jika
diketahui identitas mereka sebagai pembunuhnya. Rancangan mereka ini
dirahasiakan sehingga tidak diketahui dan didengar oleh siapapun kecuali
kesembilan orang itu sendiri.
Ketika mereka datang ke tempat Nabi
Saleh bagi melaksanakan rancangan jahatnya di malam yang gelap-gelita
dan sunyi-senyap jatuhlah di atas kepala mereka batu-batu besar yang
datang dari langit dan yang seketika merebahkan mereka di atas tanah
dalam keadaan tidak bernyawa lagi. Demikianlah Allah telah melindungi
rasul-Nya dari perbuatan jahat hamba-hamba-Nya yang kafir.
Satu hari sebelum hari turunnya azab
yang telah ditentukan itu, dengan izin Allah berangkatlah Nabi Saleh
bersama para mukminin pengikutnya menuju Ramlah, sebuah tempat
di Palestina, meninggalkan Hijir dan penghuninya, kaum Tsamud habis
binasa, ditimpa halilintar yang dahsyat beriringan dengan
gempa bumi yang mengerikan.
Kisah Nabi Saleh dalam al-Quran
Kisah Nabi Saleh telah diceritakan dengan 72 ayat dalam 11 surah di antaranya surah Al-A’raaf, ayat 73 hingga 79, surah Hud’” ayat 61 hingga ayat 68 dan surah Al-Qamar’” ayat 23 hingga ayat 32
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
stroom09@gmail.com