ABU RAIHAN AL- BIRUNI
(Telaah Kitab Qanun al-Mas’udi : Bentuk, Ukuran,dan Gerak Bumi)
I. PENDAHULUAN
Namanya
tak diragukan lagi di pentas sains dan ilmu pengetahuan abad
pertengahan. Dunia ilmu pengetahuan mengenalnya sebagai salah seorang
putra Islam terbaik dalam bidang filsafat, astronomi, kedokteran, dan
fisika. Wawasan pengetahuannya yang demikian luas, menempatkannya
sebagai pakar dan ilmuwan Muslim terbesar awal abad pertengahan. Ilmuwan
itu tak lain adalah Al Biruni.
Hal
yang lebih penting lagi, jiwa kritis yang dimiliki oleh cendekiawan
muslim ini berusaha mencegah taklid buta terhadap segala hal. Ketika
menyerap ilmu dari peradaban lain, semua ditimbang dengan dasar al-Quran
dan Sunah dengan perangkat akal yang diberikan Allah Swt.. Bahkan
Ptolomeus dengan al-Magest-nya yang dipuja dan dijadikan acuan manusia selama berabad-abad tidak luput dari sasaran kritik. Dalam Qanun al-Mas’udi
Biruni memaparkan pendapatnya dan sekaligus memberikan kritikan
terhadap teori yang telah dicetuskan oleh ptolomeus yang dirasa tidak
sesuai dengan nalar dengan berdasar pengamatan dilapangan. Dalam makalah
ini penulis menyuguhkan berbagai pendapat al-Biruni tentang Ukuran,
bentuk dan gerak bumi dan mengkritisi pendapat Ptolomeus tentang hal
tersebut. Kesimpulannya, sikap anti taklid inilah yang menguatkan
argumen tentang independensi peradaban Islam dan sikap berpijak dari
agama.
II. PEMBAHASAN
Bernama lengkap Abu Raihan Muhammad ibn Ahmad Al Biruni,
ilmuwan besar ini dilahirkan pada 362 H atau bulan September 973 M, di
desa Khath yang merupakan ibu kota kerajaan Khawarizm, Turkmenistan
(kini kota Kiva, wilayah Uzbekistan). Ia lebih dikenal dengan nama Al Biruni. Nama "Al Biruni"
sendiri berarti 'asing', yang dinisbahkan kepada wilayah tempat tanah
kelahirannya, yakni Turkmenistan. Kala itu, wilayah ini memang
dikhususkan menjadi pemukiman bagi orang-orang asing.
Dibesarkan dalam keluarga yang taat beragama, Al Biruni
tumbuh dan besar dalam lingkungan yang mencintai ilmu pengetahuan.
Meski tak banyak diketahui tentang masa mudanya, termasuk pendidikan
formalnya, namun ulama yang tawadlu ini dikenal amat mencintai ilmu dan
gemar membaca dan menulis sejak remaja. Tak heran bila kemudian masih di
usia muda ia sudah tersohor sebagai seorang ahli di banyak bidang ilmu.
Salah satu buku yang paling penting bahwa Al Biruni menulis adalah "Al
Qanun Al Masudi" ("The Canon Al Masudi"). Ini adalah buku yang signifikan pada astronomi, yang ia berhak untuk menghormati Sultan Masud dari Ghazna.[1]
Al-Qanun
Al-Mas'udi adalah ensiklopedi astronomi yang paling luas. Di dalamnya
ia memperkenalkan istilah-istilah falak, memperbaiki temuan Ptolemeus,
dia juga mendiskusikan tentang hipotesis gerak
bumi. Ia mengambil begitu saja bahwa bumi itu bulat, mencatat “daya
tarik segala sesuatu menuju pusat bumi,” dan mengatakan bahwa data
astronomis dapat dijelaskan juga dengan menganggap bahwa bumi berubah
setiap hari pada porosnya dan setiap tahun sekitar matahari.
A. Memahami Terminologi Astronomi
Biruni
mulai memperkenalkan istilah-istilah astronomi, dengan sebagian
menggunakan istilah falak / arab. Sesungguhnya bola langit itu tidak ada
sama sekali dan hanya bersifat imaginatif yang tidak lain karena
ruang cakrawala ini amat sangat luas, sehingga bola langit itu dianggap
ada, sekedar untuk memudahkan penyelidikan-penyelidikan di angkasa
raya, sehingga benda-benda langit itu dapat kita dinyatakanlebih mudah
dimana letaknya dan bagaimana hubungannya satu sama lain.
Adapun
bola langit yang dianggap ada itu adalah ruangan yang maha luas yang
berbentuk bola yang dapat kita lihat sehari-hari tempat matahari, bulan,
dan bintang-bintang bergeser setiap saat.
Bintang-bintang itu kita lihat seolah-olah berserak disebuah kulit bola
sebelah dalam, walaupun letak sesungguhnya adalah sangat berjauhan
sekali. Sebenarnya yang kita dapat lihat sehari-hari itu adalah separoh
bola saja, sedangkan separoh lagi selalu tak dapat kita lihat dalam saat
yang sama, karena pemandangan kita terhambat oleh Bumi.
Bumi kita ini adalah merupakan satu titik saja
dipusat bola langit dan titik pusat bola langit adalah berimpit dengan
titik pusat bumi. Biruni memperkenalkan beberapa istilah-istilah dalam
ilmu falak, antara lain:
1. سمت الراءس [2] atau biasa disebut dengan istilah zenith, yaitu titik perpotongan antara garis vertikal yang melalui seorang pengamat dengan bola langit di atas kaki langit.[3]
2. سمت القدم [4]dan biasa disebut dengan istilah Nadir adalah perpotongan antara garis vertical yang melalui seorang pengamat dengan bola langit di bawah kaki langit. Tiap tempat dibumi memiliki garis vertical, zenith, dan nadirnya masing-masing.
3. Ufuk Hissi[5]
atau Horizon semu adalah bidang yang rata yang menyinggung bumi yang
dapat kita tarik dari tempat kita berdiri (antara kaki kita dengan
tanah). Bidang ini tegak lurus dengan garis vertikal.
Biruni juga
menambahkan bahwa yang dimaksud dengan ketinggian itu adalah sesuatu
yang dihitung dari atas kepala sampai obyek yang dimaksud dan semakin
menjauhi pusat bumi. Sedangkan yang dimaksud dengan kerendahan adalah sesuatu yang dihitung dari bawah kaki sampai obyek yang dimaksud.
B. Konsep “Gerak Bumi’ dan Tatanan heliosentris[6] yang diungkapkan oleh Biruni
Karya
yang mengkaji tentang matahari sebagai pusat tata surya yang
dikelilingi berbagai benda langit oleh Biruni dilakukan sekitar tahun
1030 M. Ia merupakan orang islam pertama kali yang menolak adanya teori geosentris[7] yang dikemukakan oleh Ptolomeus, ia menganggap bahwasanya teori geosentris tidak masuk akal, sehingga ia menulis karya ini untuk mendeklarasikan teori baru tentang matahari sebagai pusat peredaran benda-benda langit.
Pada hakikatnya sebagian besar ilmuwan Timur sebelum Biruni masih melanjutkan pengembangan gagasan ptolomeus. Misalnya “ Bumi tidak bergerak dari tempatnya, tidak pula bergerak di tempatnya”.
Secara rinci dari pengamatan dan perhitungan pribadinya, Biruni
meragukan pernyataan tegas tersebut. Biruni mengemukakan konsepnya
sendiri tentang kemungkinan gerak bumi. Dia berkata;
“Ajaran
bahwa bumi itu diam adalah satu diantara dasar penting astronomi, dogma
para astronom Hindu, tetapi ini memberikan banyak kesukaran berat”
Membuat
analisis apakah bumi bergerak dan dalam arah bagaimana bergerak atau
tidak bergerak, biruni mengutip pendapat astronom Hindu terkenal yaitu
Brahmagupta:[8]
“Para
pengikut Aryabhata berpendapat bahwa Bumi bergerak, langitlah yang
diam. Orang-orang berusaha menolak dengan alasan, andaikata demikian
adanya maka batu-batu dan pohon-pohon akan berlepasan dari tanah.”
Biruni menambahkan lebih lanjut;[9]
Brahmagupta
tidak setuju dengan mereka dan mengatakan bahwa itu (berlepasan), Sama
sekali bukanlah akibat dari teori mereka, kiranya karena
(Brahmagupta)berpikir bahwa semua benda ditarik kearah pusat bumi.
Brahmagupta sendiri menulis : sebaliknya, kalau saja keadaanya demikian
maka bumi tidak akan dapat mempertahankan gerakan beraturan dan gerakan
semacam ini, yang terikat dalam kesesuaian penuh dengan berbagai
posisi-posisi benda langit.
Biruni menerima sepenuhnya pendapat Brahmagupta tentang tarikan benda-benda ke pusat bumi.[10]
Semua elemen (benda) mengarah ke pusat bumi dengan kecepatan yang sama.
Alasan bahwa benda yang berat jatuh lepas cepat ke bumi daripada yang
ringan adalah karena adanya hambatan dari udara. Para astronom terkenal
yang baru maupun yang kuno secara serius mempelajari persoalan putaran
bumi tetapi sambil berusaha menolak fakta bahwa bumi itu bergerak.
Dalam
buku ini Al-Biruni membuktikan bahwa bumi bulat, planet dan bintang
bulat, baik yang tidak bergerak maupun yang bergerak, baru berputar
mengelilingi matahari dan bulan berdasarkan garis edarnya mengelilingi
bumi. Pembuktian-pembuktiannya ini hampir enam abad mendahului
pembuktian yang dilakukan oleh ilmuwan barat. Ia mendahului para
astronom di dunia, alam menemukan gerakan poros bumi yang berputar
condong, dan gerakan peredaran bumi mengelilingi matahari dalam satu
tahun. Ia mengemukakan konsep kekuatan grafitasi bumi, yang merupakan
satu bukti bahwa bumi berputar pada porosnya. Buktinya
ada malam dan siang dan kita lihat matahari, bulan, dan bintang-bintang
terbit di timur dan terbenam di barat. Kita tidak merasa gerakan rotasi
tersebut, karena efek gaya gravitasi yang menarik kita tetap berada di
permukaan bumi lebih dominan daripada efek gerak rotasi bumi tersebut.
Gravitasi
adalah gaya tarik-menarik yang terjadi antara semua partikel yang
mempunyai massa di alam semesta. Bumi yang memiliki massa yang sangat
besar menghasilkan gaya gravitasi yang sangat besar untuk menarik
benda-benda disekitarnya, termasuk makhluk hidup, dan benda benda yang
ada di bumi. Gaya gravitasi ini juga menarik benda-benda yang ada diluar
angkasa, seperti bulan, meteor, dan benda angkasa laiinnya, termasuk
satelit buatan manusia.[11]
Dalam “Al-Qanun’,
Al-Biruni membuktikan bahwa bintang bergerak mengelilingi poros rasi
bintang. Ia menentukan letak 1024 bintang; ia meletakkan secara cermat
masing-masing bintang itu pada galaksinya, dalam peta-peta astronomi
kelangitan. Ia menjelaskan secara matematis akan gerakan planet-planet.
Ia menghubungkan gerakan planet-planet itu dengan gerakan bumi di
sekitar matahari, dan batas akhir lingkaran bumi. Ia mengukur jumlah
hari dalam setahun, memperkenalkan musim-musim yang dilalui dalam
setahun, pergantian musim dan ia menentukan waktu-waktu terjadinya musim
ini.
Konsep
tentang gerak bumi sebagaimana yang dituturkan diatas memberi dasar
untuk penyimpulan bahwa Biruni telah banyak bekerja menelaah struktur
system matahari. Mula-mula ia sampai pada kesimpulan bahwa system geosentris dan heliosentris alam
semesta dapat digunakan untuk menerangkan berbagai gejala astronomi
dengan keberhasilan yang sama. Tetapi kemudian Biruni dengan teguh
berpihak pada sudut pandang system heliosentris. Para
astronom terkemuka seperti Hasan Ali marakhsi (abad ke 13), Abu Ali
Birdjanji (abad ke 16) dan lain-lainya berkali-kali menyatakan
keheranannya bahwa pada waktu para ilmuwan besar yang otoritas ilmiahnya
tidak diragukan termasuk Ptolomeus, ar-Razi, Ibnu sina berada pada pihak geosentrisme dan menganggap bahwa bumi tidk bergerak, ilmuwan Biruni telah memberanikan diri meragukan kebenaran geosentrisme tersebut dan bahkan berdiri pada pihak ajaran Heliosentrisme.[12]
Dengan
demikian kita dapat melihat bahwa pada kondisi Timur abad pertengahan
pada waktu itu bahwa dominasi agama dengan kekuasaan tidaklah
terpisahkan. Sebagian besar ilmuwan tidak diperkenankan berpendapat lain
kecuali mengikuti ajaran Ptolomeus. Tentang penyajian system matahari,
Biruni telah berusaha merintis jalan baru dalam ilmu pengetahuan , yaitu
berdiri pada posisi heliosentris. Untuk ini diperlukan keberanian dan pengetahuan yang mendalam dalam astronomi.
S.p
Tolstov dalam menilai jasa Biruni mengatakan; Pembaharu besar Biruni
dalam memecahkan problema ilmu pengetahuan telah mendahului masanya,
lebih dari setengah ribu tahun kedepan. Sebagai buktinya adalah
khususnya masih 500 tahun sebelum penemuan besar Copernicus, Biruni
telah berbicara tentang kemungkinan gerakan bumi, menyatakan keraguan
pada system geosentris dengan segala kesimpulannya.[13]
Namun demikian, situasi sosial dan tingkat keilmuwan umum pada masa
Biruni hidup dan berkarya tidak mendukung pengembangan kesimpulannya
yang sangat berani tentang system dunia. Biruni hanya sempat memberikan
tugas (soal), sedangkan Copernicus dan Kepler dalam kondisi social yang
sama sekali berlainan, dapat berhasil sampai pada solusi yang tuntas.
C. Bentuk dan Ukuran Bumi
Kepastian
bahwa bumi berbentuk bola (bulat) sudah diketahui sejak ilmuwan Yunani
purba. Pytaghoras (6 abad SM) berbicara tentang bentuk bola pada
benda-benda langit dan bumi. Aristoteles (4 abad SM) juga menganggap
semua benda langit dan bumi berbentuk bola. Sebagai salah satu bukti
bentuk bola ini, bumi menunjukkan bayangannya yang bundar pada permukaan
rembulan pada saat terjadi gerhana bulan. Di timur (asia
tengah)perkembangan ilmu astronomi telah menempatkan soal bentuk dan
ukuran bumi lebih mendasar daripada dalam ilmu Yunani purba. Ilmuwan,
astronom dan ahli geografi terkenal yaitu Abu fida(1273- 1331)memberikan
bukti elementerbentuk bola bumi;bintang-bintang terbit dan tenggelam
diwilayah lebih ketimur lebih dulu daripada diwilayah yang lebih ke
Barat. Seluruh bintang kutub utara dan bintang utaranaik diatas horizon
lebih tinggi jika seseorang berada diwilayah lebih ke utara. Begitu pula
bintang kutub selatan dan bintang selatan naik
diatas horizon lebih tinggi jika seseorang pergi wilayah semakin ke
selatan. Perbedaan ketinggian ini akan semakin jelas semakin jauh
kepergian seseorang ke Utara atau ke Selatan.[14]
Melanjutkan
ulasannya tentang bentuk bola bumi, Abu fida menulis: Bentuk bulat
keseluruhan bumi tidak terusik oleh adanya gunung dan jurang; itu
hanyalah tak rataan tanah, hanya kecil dibandingkan dengan ukuran bola
bumi. Dari sejumlah penuturan waktu itu, yang membuktikan bahwa bumi itu
bulat, telah berlanjut kemudian dengan dimungkinkannya perjalanan
mengelilingi bumi(keliling dunia).
Bumi
yang bulat menjadi dasar dan asumsi awal dari semua ajaran astronomi
Biruni. Ia mengatakan : bentuk bulat bumi merupakan elemen astronomi
yang tercantum dalam Bab pertama dari almagest karya Ptolomeus dan buku-buku lain
nya. Dalam hal ini(bentuk bumi)antara ptolomeus dan Biruni sepakat
bahwa bentuk bumi itu bulat(bola). Dalam karya astronominya, biruni
mengkritik orang-orang yang meyakini sebaliknya.
Ia berkata: seandainya saja bumi ini tidak bulat, maka siang dan malam
tidak berbeda, apakah itu pada musim dingin atau musim panas, kenampakan
planet dan gerakannya akan sama sekali lain, dari pada apa yang
terlihat. Biruni memperkuat pendapat bahwa jika secara sengaja dilubangi
permukaan bumi, maka akan dapat sampai pada sisi yang berlawanan ,
sehingga jika membuat lubang seperti itu sekitar fumanch, maka akan dapat muncul di negeri Cina.
Teori
tentang bumi itu berbentuk bola(bulat) dengan menggunakan pendekatan
teori grafitasi. Dengan grafitasi akan terjadi gaya tarik menarik dengan
kekuatan yang sama disemua arah sehingga setiap variasi dari bola akan
mengarah pada gaya grafitasi yang membawa bentuk kembali ke dalam sebuah
bola.
Wacana
bentuk bumi itu bola (bulat) baru berkembang di Barat pada abad ke 16
M, yaitu ketika Nicoulas Copernicus mencetuskannya. Ditengah arus
kekuasaan gereja yang dominan Copernicus yang lahir di Polandia melawan
arus dengan menyatakan bahwa seluruh alam semesta adalah bulat(bola).
Sejarah Barat kemudian mengklaim bahwa copenicuslah ilmuwan pertama yang
menggulirkan bahwa bumi itu bulat. Klaim barat selama berabad-abad itu
akhirnya telah terpatahkan. Sejarah kemudian mencatat bahwa para sarjana
Muslim lah yang mencetuskan teori bumi itu bulat. Ketika teori tentang
bumi itu bulat berkembang di dunia barat, dunia Islam telah
membuktikannya. Pada saat pemerintahan khalifah al-Ma’mun, para astronom
muslim menyatakan bahwa keliling bumi mencapai 24.000mil atau 38,6 ribu
kilometer. Perhitungan yang sudah dilakukan pada abad ke 9 itu sudah
hampir akurat. Sebab hanya berbeda 3,6 % dari
perkiraan yang dilakukan oleh para ilmuwan modern. Sebuah pencapaian
yang terbilang luar biasa dan mungkin belum terpikirkan oleh peradaban
barat pada masa itu.[15]
Fakta
lain tentang pengakuan biruni bahwa bumi bulat adalah sejumlah
penentuan besaran keliling bumi. Penentuan ukuran bola bumi telah sejak
dahulu dilakukan oleh ilmuwan yunani purba. Penentuan ukuran bumi
dilakukan oleh Eudoksius( 4 abad SM), yang menghitung keliling bumi sama
dengan 400.000studium. yang kedua adalah Erathosthenes (3 abad SM) yang
menghasilkan 250.000 studium. Ketiga adalah Posidonius(2 abad SM)
menghasilkan 240.000studium , akhirnya oleh ptolomeus yang mendapatkan
ukuran keliling bumi sebesar 180.000 studium. Tetapi dikarenakan tidak
diketahuinya arti satuan yang dipakai(stadium) maka tidak dapat dinilai
ketelitian hasil pengukuran tersebut.[16]
Namun
demikian penelitian terus dilakukan dan biruni pun ikut andil dalam
melakukan beberapa kali, sehingga ia mengatakan: sebenarnya lebih baik
melakukan pemeriksaan ulang dan pengukuran daripada mencocokkan cerita
yang diperoleh dari berbagai kelompok, tetapi tentunya harus memiliki
sarana yang cukup dan harus memperhitungkan kondisi tempat-tempat yang
permukaannya tidak rata. Disini dapat penulis simpulkan dari hasil
pengukuran Biruni dari panjang keliling bumi adalah beliau memastikan
1°meridian samadengan 56,6 Mil arab dan satuan
ini dianggap sebagai satuan yang hasilnya paling mendekati kebenaran,
bila dihubungkan dengan satuan masa kini berarti 111,6km dan seperti
diketahui sekarang panjang busur meridian 1° adalah 111,1km. dari
sini terlihat bahwa pengamatan dan perhitungan Biruni telah dilakukan
dengan ketelitian tinggi dan menghasilkan data yang mendekati data
mutakhir.[17]
Pada
Abad ke 10 M, Abu raihan al Biruni juga mengukur jari-jari bumi itu
mencapai 6339,6 km. pengukuran itu hanya kurang 16,8 km dari nilai
perkiraan ilmuwan modern. Saat itu biruni mengembangkan metode baru
dengan menggunakan perhitungan trigonometri yang didsarkan pada sudut
antara sebuah daratan dengan puncak gunung.[18]
III. PENUTUP
Sejumlah
fakta menyatakan bahwa Biruni begitu kritis dan banyak persyaratannya
dalam menilai karya astronomi, baik terhadap karya astronom
seangkatannya maupun pendahulunya. Sebagai ilmuwan Biruni sangatlah
mandiri dan orisinal pemikirannya. Semua yang didapat kan dari ilmuwn
yang sebelumnya diperiksanya terlebih dahulu dengan teliti, memberi
formulasi pembuktian dan setelah itu baru diputuskan penggunaanya,
sambil melengkapi, memperbaiki dan mengembangkannya. Kepiawaian
dan kecerdasan Al-Biruni merangsang dirinya mendalami sekitar ilmu
astronomi. Al-Biruni konsisten mempertahankan pendapatnya tersebut, dan
ternyata di kemudian hari terbukti kebenarannya menurut ilmu astronomi
modern.
DAFTAR PUSTAKA
Abi Raihan Muhammad Ibnu ahmad, Kitab al-Qanun al-Masudi juz 1 Hindi:tt,1954.
Admiranto, G, menjelajahi tata surya, , Yogyakarta: Kanisius, 2009.
Djoko lelono, m, Abu Raihan al-Biruni dan karyanya dalam Astronomi dan Geografi Mtematika, Jakarta:Suara Bebas, 2007
Departemen Agama, Almanak Hisab Ru’yat Dep. Agama,Jakarta: PPBPAI, 1981.
Hambali, s, Ilmu falak, tt:1988
Simamora,Ilmu Falak(Kosmografi), Jakarta; Pedjuang Bangsa,1975
Hafi, teori bumi itu bulat, diakses darri website http://www.scribd.com/doc/36924208/Teori-Bumi-Itu-Bulat .
http://rumahislam.com/ensi/3-ilmuwan-muslim/596-al-biruni-penemu-gaya-gravitasi.html, diakses pada tanggal 18 nopember 2010.
http://ryanazrian.wordpress.com/al-biruni-2/, diakses pada tanggal 18 nopember 2010.
[1] http://ryanazrian.wordpress.com/al-biruni-2/, diakses pada tanggal 18 nopember 2010.
[2] Abi Raihan Muhammad Ibnu ahmad, Kitab al-Qanun al-Masudi juz 1 (Hindi:tt,1954), 42.
[3] Secara definitive baca, Simamora,Ilmu Falak(Kosmografi),(Jakarta; Pedjuang Bangsa,1975), 5
[4] Istilah ini juga bisa di lihat Departemen Agama, Almanak Hisab Ru’yat Dep. Agama,(Jakarta: PPBPAI, 1981), 238.
[5] Lihat juga di Hambali, s, Ilmu falak, (tt:1988), 29.
[6] Heliosentris adalah gagasan/ konsep tentang matahari sebagai pusat tata surya.
[7] Teori tentang Geosentris ( Bumi sebagai pusat alam semesta)oleh Ptolomeus ini bisa dilhat pada Admiranto, G, menjelajahi tata surya, (Yogyakarta: Kanisius, 2009), 4-5.
[8] Djoko lelono, m, Abu Raihan al-Biruni dan karyanya dalam Astronomi dan Geografi Mtematika, (Jakarta:Suara Bebas, 2007), 32.
[9] Ibid, 33.
[10]
Berkaitan dengan teori ini terdapat polemik antara Biruni dengan
rekannya Ibnu sina. Biruni berbantah dengan Ibnu sina tentang sejumlah
gejolak alam termasuk hukum fisika untuk jatuh bebas. Biruni mengakui adanya hukum saling tarik menarik antara benda-benda sebagai sifat hakiki. Ia menekankan bahwa semua benda berusaha mendekati bumi dan
bahwa alasan semua benda bertahan dipermukaan bumi (tidak terlepas dan
tidak berterbangan keluar angkasa ) merupakan bukti adanya tarikan benda
ke bumi. Djokolelono, M,Abu raihan al-Biruni dan karyanya dalam Astronomi dan Geografi Matematika (Jakarta: Suara bebas, 2007), 33.
[11] http://rumahislam.com/ensi/3-ilmuwan-muslim/596-al-biruni-penemu-gaya-gravitasi.html, diakses pada tanggal 18 nopember 2010.
[12] Djoko lelono, Abu Raihan ,,,35
[13] Ibid, 36.
[14] Djoko Lelono, Abu Raihan,,,57.
[15] Hafi, teori bumi itu bulat, diakses darri website http://www.scribd.com/doc/36924208/Teori-Bumi-Itu-Bulat .
[16] Djokolelono, Abu Raihan,,59.
[17] Djoko Lelono, Abu Raihan,,65.
[18]
Dari puncak gunung Biruni mencari perpotongan antara tanah dengan
langit, yaitu lingkaran horizontal dan biruni menemukannya pada
instrument(astrolabe), yang membatasi garis barat –timur horizontal dan
menentukan sudut inklinasi(kecondongan) yang ternyata sama dengan 34´. Djokolelono, Abu Raihan Biruni,, 62.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
stroom09@gmail.com