Habib Idrus
bin Salim bin Alwi bin Segaf bin Alwi bin Abdullah bin Husein bin Salim
bin Idrus bin Muhammad bin Abdullah bin Alwi bin Abu Bakar Aljufri bin
Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Alwi bin Muhammad bin Alwi
bin Ali bin Muhammad Faqqqih Al-Muqaddam bin Alwi bin Abdullah bin Ahmad
Al-Muhajir bin Isa An-Naqib bin Ali AL-‘Uraidhi bin Jakfar As-Shadiq
bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husein bin Ali bin Abi
Thalib suami Fatimah Azzahrah binti Rasulullah shallahu alaihi wa
sallam.
Habib Idrus lahir di kota
Taris, 4 km dari ibu kota Seiwun, Hadramaut, pada 14 sya’ban 1309 H
bertepatan dengan 15 Maret 1881 M. Beliau mendapat pendidikan agama
langsung dari ayah dan lingkungan keluarganya. Ayah beliau, Habib Salim
adalah seorang qadhi (hakim) dan mufti (Ulama yang memiliki otoritas
mutlak untuk memberi fatwa) di Kota Taris, Hadramaut. Sedangkan kakek
Beliau, Al Habib Alwi bin Segaf Aljufri, adalah seorang ulama di masa
itu. Beliau adalah salah satu dari lima orang ahli hukum di Hadramaut
yang fatwa-fatwanya terkumpul dalam kitab Bulughul Musytarsyidin, karya
Al-Imam Al-habib Abdurrahman Al-Masyhur.
Tatkala Habib Idrus
menginjak usia remedial, ayah Beliau Al-Habib Salim melihat bahwa kelak
anak nya ini bisa menggantikannya. Beliaupun mendidik anaknya tersebut
secara khusus. Habib Salim membuatkan kamar khusus bagi anaknya agar
dapat berkonsentrasi dalam belajar. Habib Idrus kemudian mendalami
berbagai Ilmu seperti tafsir, hadits, tasawuf, fiqih, Tauhid, Mantiq,
ma’ani, bayan, badi’, nahwu, sharaf, falaq, tarikh dan sastra. Selain
pada ayahnya, Habib Idrus juga belajar kepada Para Ulama dan Auliya’ di
Hadramaut, diantaranya adalah : Al-Habib Muhsin bin Alwi Assegaf,
Al-Habib Abdurrahman bin Alwi bin Umar Assegaf, Al-Habib Muhammad bin
Ibrahim bilfaqih, Al-Habib Abdullah bin Husein bin Sholeh Al-Bahar,
Al-Habib Idrus bin Umar Al-Habsyi. Dan Al-Habib Abdullah bin Umar
As-Syathiri di Rubath Tarim.
Kemudian pada tahun 1327 H. atau sekitar
tahun 1909 M bersama sang ayah, Habib Idrus berangkat ke tanah suci
untuk menunaikan ibadah haji dan berziarah ke makam datuknya Rasulullah
salallahu alaihi wasallam di Madinah. Di sana mereka menetap selama enam
bulan. Selama itu Habib Salim memanfaatkan waktunya untuk mengajak
putranya ini berziarah kepada para ulama dan Auliya’ yang berada di
Hijaz pada masa itu, untuk memminta berkah, do’a serta ijazah dari
mereka. Salah satunya kepada Sayyid Abbas Al-Maliki Al-Hasani di Makkah.
Habib Salim kemudian membawa putranya kembali ke Hadramaut. Setelah itu
beliau membawa Habib Idrus berlayar ke Indonesia tepatnya di kota
Manado untuk menemui ibunya Syarifah Nur Al-Jufri serta Habib Alwi dan
Habib Syekh yang merupakan kedua saudara kandung Habib Idrus yang telah
terlebih dahulu hijrah ke Indonesia. Setelah beberapa waktu di
Indonesia, Habib Idrus dan ayahnya kembali ke Hadramaut. Sebtibanya di
Hadramaut, Habib Idrus mengajar di Madrasah yang dipimpin oleh ayah
beliau.
Setelah itu Habib Idrus menikah dengan Syarifah Bahiyah,
yang kemudian dikaruniai tiga orang anak: Habib Salim, Habib Muhammad
dan Syarifah Raguan. Pada bulan Syawwal 1334 H bertepatan dengan 1906 M
ayah beliau wafat. Dan pada tahun itu pula Habib Idrus diangkat oleh
Sultan Mansur sebagai Mufti dan Qadhi di kota Taris, Hadramaut, padahal
usianya saat itu baru 25 Tahun.
Semenjak tahun 1839 M Hadramaut
berada dalam penjajahan Inggris. Pada masa penjajahan Inggris itulah
Habib Idrus bersama seorang sahabatnya, Habib Abdurrahman bin Ubaidillah
(keduanya dikenal sebgai ulama yang moderat) bermaksud ke Mesir untuk
mempublikasikan kekjaman Inggris dan pelanggaran Hak Asasi Manusia yang
dilakukan oleh Inggris di Hadramaut. Setelah sesuatunya dipersiapkan
dengan matang dan rapi, keduanya berangkat melalui Pelabuhan Aden. Namun
di Pelabuhan Laut Merah itu rencana mereka diketahui oleh pasukan
Inggris. Keduanya ditangkap, dokumennya disita dan dimusnahkan. Setelah
ditanah beberapa waktu kemudian mereka dibebaskan dengan syarat, mereka
tidak diperbolehkan bepergian ke negeri Arab manapun. Setelah kejadian
itu Habib Abdurrahman memilih tinggal di Hadramaut, sedangkan Habib
Idrus memilih hijrah ke Indonesia.
Pada tahun 1925 M Habib Idrus
kembali untuk kedua kalinya ke Indonesia. Pada mulanya beliau tinggal di
Pekalongan, Jawa Tengah. Di sana beliau menika dengan Syarifah Aminah
Al-Jufri. Dari pernikahan tersebut beliau dikaruniai dua anak perempuan,
Syarifah Lulu’ dan Syarifah Nikmah. Syarifah Lulu’ kemudian menikah
dengan Sayyid Segaf bin Syekh Al-Jufri, yang salah seorang anaknya
adalah Dr.Salim Segaf Al-Jufri, Duta besar Indonesia untuk Arab Saudi
periode sekarang.
Pada tahun 1926 M beliau pindah ke kota
Jombang, disana beliau mengajar dan berdagang. Namun di penghujung tahun
1928 M karena seringkali mengalami kerugian dalam berdagang, Habib
Idrus berhenti Berdagang dan memulai mengajar. Di tahun itu pula beliau
pindah ke kota Solo. Pada tanggal 27 Desember 1928 bersama beberapa
Habaib beliau mendirikan Madrasah Rabithah Alawiyah di kota Solo. Namun,
pada akhir tahun 1929 M Habib Idrus meninggalkan kota Solo dan hijrah
ke Sulawesi. Beliau kemudian berlayar menuju Manado. Ketika kapalnya
singgah di Donggala, Habib Idrus menggunakan kesempatan itu untuk
berkonsolidasi dengan komunitas Arab yang dipimpin Syekh Nasar bin Khams
Al-Amri, di situ beliau mengutarakan tentang rencananya untuk
mendirikan madrasah di kota Palu.
Setibanya di Manado, Habib
Idrus mendapatkan telegram tentang hasil musyawarah masyarakat arab yang
ada di Kota Palu mengenai pendirian Madrasah. Pada akhirnya disepakati
bersama bahwa sarana pendidikan berupa gedung akan disiapkan oleh
masyarakat arab Palu, sedangkan gaji guru, Habib Idrus yang akan
mengusahakannya. Pada awal 1930 M Habib Idrus menuju kota Palu. Dan pada
tanggal 30 Juni 1930 M setelah mengurus prizinan pendirian dan
surat-surat lainnya ke pemerintah Hindia Belanda, maka, diresmikanlah
Madrasah Al-Khairaat di Kota Palu.
Dalam
perkembangannya, pengelolaan Madrasah sepenuhnya ditangani oleh Habib
Idrus. Para murid yang belajar di sana tidak dipungut biaya sama sekali.
Hal ini karena Habib Idrus mengadaptasi sistem pendidikan arab yang
pada umumnya tidak memungut biaya kepada para muridnya. Sehingga para
murid lebih fokus dalam belajar. Habib Idrus membrikan gaji kepada para
guru dan staf sekolah dari hasilnya berdagang.
Habib Idrus mengajar
para santrinya dengan penuh dedikasi dan profesionalitas yang tinggi.
Keikhlasan dan keuletan beliau telah membuahkan hasil. Perguruan
Al-Khairaat waktu itu telah menghasilkan guru-guru Islam yang handal
yang kemudian disebarkan ke seluruh pelosok Sulawesi Tengah, Sulawesi
Utara, Maluku, dan Irian Jaya. Keberadaan perguruan Al-Khairaat dan para
santrinya telah berhasil membentengi kawasan Timur Indonesia dari para
penginjil, yang waktu itu pada masa Hindia Belanda ada tiga organisasi
yang bertugas mengkristenkan suku-suku terasing di Sulawesi Tengah.
Mereka adalah Indische Kerk (IK) berpusat di Luwu, Nederlands Zending
Genootschap (NZG) berpusat di Tentena, dan Leger Dois Hest (LDH)
berpusat di Kalawara.
Pada tanggal 11 Januari 1942 M Jepang
menduduki Sulawesi dan menjadikan kota Manado sebagai pusat pangkalan di
Kawasan Timur Indonesia. Tidak berselang lama stelah itu, Jepang
memerintahkan penutupan perguruan Al-Khairaat. Selama tiga setengah
tahun kependudukan Jepang, Habib Idrus tidak menyerah sedikitpun untuk
mengajar para muridnya. Proses belajar mengajar tetap berlangsung
meskipun secara sembunyi-sembunyi. Lokasi pembelajarandialihkan ke desa
Bayoge, yang berjarak satu setengah kilometer dari lokasi perguruan
Al-Khairaat. Pengajarannya dilaksanakan pada malam hari dan hanya
menggunakan penerangan seadanya, para muridnya datang satu persatu
secara sembunyi- sembunyi. Tepat saat kemerdekaan Republik Indonesia
pada tanggal 17 Agustus 1945 Habib Idrus kembali membuka perguruan
Al-Khairaat secara resmi. Beliau berjuang kembali untuk mengembangkan
dakwah dan pendidikan Islam. Hingga selama kurun waktu 26 tahun
(1930-1956) lembaga yang telah dirintisnya ini telah menjangkau seluruh
kawasan Indonesia Timur.
Perguruan Alkhairaat kemudian
mengembangkan sayapnya dengan membuka perguruan tinggi pada tahun 1964 M
dengan nama Universitas Islam Al-Khairaat dengan tiga fakultas di
dalamnya, yaitu: Fakultas Sastra, Fakultas Tarbiyah, dan Fakultas
Syariah. Dan Habib Idrus sebagai Rektor pertamanya. Ketika terjadi
peristiwa pemberontakan G30S PKI pada tahun 1965, perguruan tinggi
Al-Khairaat dinonaktifkan untuk sementara. Para Mahasiswanya diberikan
tugas untuk berdakwah di daerah-daerah terpencil kawasan Sulawesi. Hal
ini sebagai upaya untuk membendung paham komunis sekaligus melebarkan
dakwah Islam. Setelah keadaan kondusif, pada tahun 1969 perguruan Tinggi
Al-Khairaat dibuka kembali.
Masih dalam suasana Idul Fitri,
sakit parah yang telah lama diderita Habib Idrus kembali kambuh.
Bertambah hari sakitnya semakin berat. Maka, guru, Ulama dan Sastrawan
itu wafat, pada hari senin 12 Syawwal 1389 H betepatan dengan 22
Desember 1969 M. sebelum menjelang detik-detik kewafatannya, Habib Idrus
sudah mewasiatkan tentang siapa saja yang memandikan jenazah, imam
shalat jenazah, tempat pelaksanaan shalat jenazah, siapa yang menerima
jenazah di Liang lahat, muadzin di liang lahad, sampai yang membaca
talqin di kubur.
Habib Idrus tidak meninggalkan karangan kitab,
namun karya besarnya adalah Al-Khairaat dan murid-muridnya yang telah
memberikan pengajaran serta pencerahan agama kepada umat. Mereka para
murid-murid Al-Khairaat meneybar di seluruh kawasna Indonesia untuk
meneruskan perjuangan sang Pendidik yang tak kenal putus asa ini. Salah
satu murid belia yang melanjutkan dakwahnya adalah Ustad Abdullah Awadh
Abdun, yang hijarh dari kota Palu ke Kota Malang untuk berdakwah dan
mendidik para muridnya dengan mendirikan pesantren Daarut Tauhid di Kota
Malang. Ketika wafat, Habib Idrus telah mewariskan 25 cabang Alkhairaat
dan ratusan sekolah, serta beberapa madrasah yang beliau dirikan kala
hidupnya. Kini perguruan Besar Alkahiraat danYayasan Al-khairaat,
dibentuk pula Wanita Islam Al-Khairaat dan Himpunan Pemuda Al-Khairaat.
Sumber: Ahlulkisa
koleksi ilmu hikmah, kisahsufi,tasawuf,fengshui,maulid,desain grafis,batu akik,batu obsidian, paypal pay,za,pendanaan,RENTAL MOBIL proyek,investor,funder,kredit kpr,pinjaman multi guna ,pialang,wali amanat,SEWA MOBIL CIREBONtaxi online cirebondan lain-lain
koleksi ilmu-ilmu hikmah,kisah 2 tokoh sufi.teknologi tips n trik dll
Jumat, Agustus 16, 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
stroom09@gmail.com