Assalamualaikum wr wb salam takzim saya ucapkan kepada pembaca blog stroom09 yang selalu setia hadir mengunjungi blog stroom09. kali ini saya akan mem posting tentang kesucian lahir yuk kita simak aza langsung.
Tujuan dari pelajaran tentang induk-induk penyakit hati ini tidak lain adalah memberikan penerangan terhadap inti-inti permasalahan perjalanan menuju Allah SWT, yang dari sana sempurnalah penitian di atas bab demi bab permasalahan-permasalahan perjalanan menuju Allah SWT. Dan selanjutnya di belakang setiap majelis dan pelajaran itu tidak lain adalah cabang-cabang, yang, bila saja hati kita sadar dan tidak terlelap untuk melakukan perjalanan menuju Allah SWT, niscaya kita merasakan kebutuhan yang teramat sangat kepada setiap cabang itu.
Dan pelajaran-pelajaran kita terdahulu dimaksudkan untuk menghilangkan kesamaran dalam pembahasan-pembahasan penting itu. Akan tetapi hendaklah kalian kembali dan mengkaji kitab-kitab yang dikhususkan dalam hal ini. Ini berarti setiap orang hendaknya memiliki kesadaran terhadap satu hal, yakni di antara peranan para pendahulu dari kalangan salafush shalih dan generasi setelah mereka adalah bahwa mereka telah mengkhususkan ilmu tentang perjalanan menuju Allah SWT dan penyucian diri sebagai satu disiplin ilmu tersendiri.
Itulah sebabnya, seorang penuntut ilmu dan juga peniti jalan menuju Allah SWT, sebagaimana ia mempelajari ilmu, sebut saja di antaranya ilmu fiqih, tauhid, ushul, hadits, ulumul Qur’an, dan cabang-cabangnya, seperti ilmu ushul tafsir, tafsir, asbabun nuzul, nasikh mansukh, semestinya pun memperdalam ilmu tentang penyucian diri, karena teramat sentral, penting, dan tingginya kedudukan makna penyucian diri di dalam agama kita.
Seratus tahun atau seratus limah puluh tahun ke belakang telah tersebar merata adanya pengesampingan terhadap ilmu ini di tengah-tengah kehidupan umat Islam. Inilah yang kemudian menjadi salah satu penyebab dari kemunduran umat. Karenanya kembali kepada ilmu ini adalah satu kemestian. Ilmu yang memberikan perhatian terhadap penyucian hati.
Namakan ilmu ini ilmu ihsan, atau namakanlah ia ilmu tazkiah, dan atau apa pun itu. Kami tidak ingin masuk dalam perdebatan mengenai nama bagi ilmu ini, karena yang kami inginkan adalah apa yang dinamakan dengannya itu, bukan namanya.
Yang jelas, setelah pelajaran penting tentang perbaikan hati dan penyuciannya setelah menutup jendela-jendela yang darinya masuk berbagai keburukan dan kegelapan ke dalam hati, selanjutnya yang harus menjadi perhatian kita berikutnya adalah penyucian lahir, karena di antara keagungan agama kita adalah bahwa Islam membangun manusia seutuhnya, lahir dan bathinnya. Islam tidak menghendaki hanya bangunan lahir yang kokoh, sementara bathinya rapuh. Dan tidak pula hanya bangunan bathinya yang kokoh, sedangkan lahirnya rapuh. Islam membangun manusia lahir dan bathin.
Yang dimaksud dengan penyucian lahir adalah kebersihan anggota tubuh dan pakaian, yakni kebersihannya dari najis dan dari kotoran. Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah Mahaindah, mencintai keindahan, Mahabersih, mencintai kebersihan.”
Allah SWT berfirman, “Pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid.” — QS Al-A`raf: 31.
Dari sini kita diajari bahwa seorang mukmin tidaklah rela berada dalam keadaan yang pada tubuhnya atau pakaiannya terdapat sesuatu yang najis, karena seorang mukmin senantiasa dalam keadaan hadir bersama Allah SWT.
Wahai murid, sangat penting bagimu bahwa engkau senantiasa dalam keadaan hadir bersama Allah SWT dengan senantiasa berdzikir kepada-Nya dan merasakan agungnya berhubungan dengan-Nya. Najis dan apa yang bersamanya dari kotoran yang menempel di badan atau mengotori pakaian, yang diri kita sendiri merasa jijik terhadapnya, adalah juga termasuk tempat masuknya kegelapan ke dalam diri manusia. Najis memiliki hubungan dengan kegelapan, sebagaimana kebersihan memiliki hubungan dengan cahaya.
Karenanya, pertama, tidaklah patut bagi seorang murid peniti jalan menuju Allah SWT untuk berada dalam satu kondisi pakaian, badan, atau tempatnya terkotori najis. Jika terkena sesuatu dari najis, hendaklah segera membersihkannya dengan membasuhnya. Ini selanjutnya mengingatkan kita kepada satu makna bahwa kita butuh mempelajari hukum syari’at dalam muamalah kita dengan kebersihan dan najis, karena sesungguhnya perjalanan menuju Allah SWT tidak akan dapat dilakukan dengan kebodohan. Ulama berkata, “Tidaklah sekali-kali Allah menjadikan walinya dari seorang yang bodoh, dan jika pun Allah mengambilnya niscaya Dia mengajarinya ilmu.”
Itulah sebabnya, kita teramat butuh untuk memberikan perhatian yang besar terhadap kebersihan lahir.
Selain itu kita pun teramat butuh memberikan perhatian terhadap sisi maknawi dari kebersihan lahir, yakni terangkatnya hadats besar (al-hadats al-akbar) dan hadats kecil (al-hadats al-ashghar). Maknanya, seorang murid tidaklah rela apabila berlalu darinya satu saat sedangkan dirinya berada dalam keadaan berhadats.
Karenanya, apabila ia terkena hadats kecil yang dapat membatalkan wudhu, ia bersegera mengambil wudhu; dan apabila ia terkena hadats besar yang mewajibkan mandi, ia bersegera mandi untuk menghilangkannya. Jika ia menggauli istrinya atau terbangun dari tidur dalam keadaan junub, ia bersegera mandi untuk menghilangkannya.
Dan jika ia menghadapi sesuatu yang menyebabkan mengakhirkan mandinya, minimal ia melakukan wudhu. Demikian pula pada keadaan-keadaan berat dan darurat, seperti merasakan letih yang teramat berat, sehingga tidak dapat segera mandi karenanya, maka hendaklah ia bertayammum, sekalipun pada tembok (yang berdebu), seperti yang dilakukan oleh Rasulullah SAW sebagaimana diriwayatkan oleh Sayyidah Aisyah RA. Di saat-saat seperti itu, paling tidak jangan engkau tinggalkan menempelkan telapak tanganmu di tembok dengan niat tayammum. Kemudian engkau bertayammum agar tidaklah engkau tidur melainkan engkau berada pada salah satu bentuk thaharah. Adapun bila engkau hendak keluar dari rumah, tidaklah patut engkau keluar dari rumahmu melainkan dalam keadaan suci dan di atas thaharah.
Di antara manfaat dari mudawamah thaharah (senantiasa dalam keadaan suci) adalah, pertama, penjagaan dan pemeliharaan.
Salah seorang bertanya kepada saya, apakah yang dapat memperkuat dan memperbanyak datangnya lintasan-lintasan kebajikan yang datang dari Allah SWT sebagai ilham atau dari bisikan (lummah) malaikat, dan dapat meminimalisir datangnya lintasan keburukan yang datang dari setan, nafsu, atau sebagai istijraj.
Ingatkah kalian tentang pelajaran yang telah lalu? Sekarang seseorang bertanya tentang hal itu. Bagaimana lintasan-lintasan kebaikan itu akan dapat bertambah?
Salah satu jawaban dari pertanyaan ini adalah apa yang tengah kita bicarakan pada pelajaran kali ini. Seorang murid yang senantiasa menjaga dirinya dalam keadaan suci akan memperbanyak datangnya lintasan-lintasan kebaikan ke dalam hatinya dan meminimalisir datangnya lintasan keburukan.
Pada saat seorang murid, peniti dan pencari jalan dan kedekatan kepada Allah SWT, keadaannya tidak dalam wudhu dan suci, akan banyak datang kepadanya lintasan-lintasan keburukan, bisikan setan, dan bisikan hawa nafsu, yang terus semakin kuat lintasan-lintasan itu di dalam hatinya. Akan tetapi, bila keadaannya senantiasa berada dalam wudhu dan thaharah, selama itu pula ia hidup dalam lingkaran cahaya, yang akan memeliharanya dan melindunginya dari masuknya lintasan-lintasan buruk ke dalam hatinya. Memeliharanya pula dari gangguan setan, baik setan manusia ataupun jin. Menjaganya dari dengki dan juga memeliharanya dari sihir. Inilah penjagaan dan pemeliharaan yang sempurna bagi seorang murid peniti jalan menuju Allah SWT. Yakni senantiasa berada dalam keadaan wudhu dan thaharah.
Kedua, penguat keyakinan di dalam hati.
“Adakah pengaruhnya dari air yang aku gunakan untuk membasuh wajahku, kedua tanganku hingga kedua siku, mengusap rambutku, dan membasuh kedua kakiku hingga mata kaki, terhadap bertambah kuatnya keyakinan, yang merupakan dasar agama?”
Para ulama menjawab, “Benar.”
Seseorang yang senantiasa bersungguh-sungguh menjaga keadaannya dalam wudhu, ia tengah mempersiapkan dirinya untuk dapat bertemu Allah SWT di setiap saat dan waktunya. Orang yang senantiasa bersungguh-sungguh menjaga keadaannya dalam thaharah, berarti ia telah mempersiapkan dirinya untuk bertemu Allah SWT di setiap saat dari waktu-waktunya.
Di antara perkara yang senantiasa para guru kami memotivasinya dan membangkitkan semangat kita untuk selalu menjaga thaharah dan selalu berada dalam keadaan thaharah adalah bahwa mereka berkata, “Kapan pun datang kematian kepadamu, engkau dalam keadaan suci.”
Itulah sebabnya, hendaklah setiap kita, bila hendak mengambil wudhu, mengingat-ingat ungkapan ini. “Aku mati dalam keadaan suci.” Bila seorang murid peniti jalan menuju Allah SWT senantiasa mengingat mati, hatinya terpenuhi ingatan akan kematian dan kesiapan untuk mati, maka niscaya dunia tidak akan dapat mempermainkan hatinya, setan pun tidak dapat menggodanya, dan nafsu pun tidak akan dapat mendiktenya.
Bila pun sesekali ia tersalah, niscaya ia akan segera ingat dan sadar untuk kemudian bertaubat kepada Allah SWT, karena ia selalu dalam keadaan mengingat kematian. Dan orang yang berbuat amal karena mengingat akan kematian, sesungguhnya ingat akan kematian itu telah menjadikannya bangkit untuk senantiasa berbuat amal dan amal. Ia bangkit untuk mengambil wudhu, selalu mempersiapkan diri untuk menyambut datangnya kematian. Dan perbuatan yang dilakukan dalam rangka mempersiapkan diri agar siap menyambut datangnya kematian akan menambah kuat keyakinan di dalam hatinya. Demikianlah, mudawamah dalam wudhu dan thaharah akan menambah kuat keyakinan dalam hati.
sumber: majalah alkisah.com
koleksi ilmu hikmah, kisahsufi,tasawuf,fengshui,maulid,desain grafis,batu akik,batu obsidian, paypal pay,za,pendanaan,RENTAL MOBIL proyek,investor,funder,kredit kpr,pinjaman multi guna ,pialang,wali amanat,SEWA MOBIL CIREBONtaxi online cirebondan lain-lain
koleksi ilmu-ilmu hikmah,kisah 2 tokoh sufi.teknologi tips n trik dll
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
stroom09@gmail.com