koleksi ilmu-ilmu hikmah,kisah 2 tokoh sufi.teknologi tips n trik dll

Minggu, Agustus 25, 2013

Kesucian Lahir

Assalamualaikum wr wb salam takzim saya ucapkan kepada pembaca blog stroom09 yang selalu setia hadir mengunjungi blog stroom09. kali ini saya akan mem posting tentang kesucian lahir yuk kita simak aza langsung.
 Tujuan dari pelajaran tentang induk-induk penyakit hati ini tidak lain adalah memberikan penerangan terhadap inti-inti permasalahan perjalanan menuju Allah SWT, yang dari sana sempurnalah penitian di atas bab demi bab perma­sa­lahan-permasalahan perjalanan menuju Allah SWT. Dan selanjutnya di belakang setiap majelis dan pelajaran itu tidak lain adalah cabang-cabang, yang, bila saja hati kita sadar dan tidak terlelap untuk melakukan perjalanan menuju Allah SWT, niscaya kita merasakan kebutuh­an yang teramat sangat kepada setiap cabang itu.

Dan pelajaran-pelajaran kita terda­hulu dimaksudkan untuk menghilangkan kesamaran dalam pembahasan-pemba­hasan penting itu. Akan tetapi hendaklah kalian kembali dan mengkaji kitab-kitab yang dikhususkan dalam hal ini. Ini ber­arti setiap orang hendaknya memiliki ke­sadaran terhadap satu hal, yakni di an­tara peranan para pendahulu dari ka­langan salafush shalih dan generasi se­telah mereka adalah bahwa mereka te­lah mengkhususkan ilmu tentang perja­lanan menuju Allah SWT dan penyucian diri sebagai satu disiplin ilmu tersendiri.

Itulah sebabnya, seorang penuntut ilmu dan juga peniti jalan menuju Allah SWT, sebagaimana ia mempelajari ilmu, sebut saja di antaranya ilmu fiqih, tauhid, ushul, hadits, ulumul Qur’an, dan ca­bang-cabangnya, seperti ilmu ushul taf­sir, tafsir, asbabun nuzul, nasikh man­sukh, semestinya pun memperdalam ilmu tentang penyucian diri, karena ter­amat sentral, penting, dan tingginya ke­dudukan makna penyucian diri di dalam agama kita.

Seratus tahun atau seratus limah pu­luh tahun ke belakang telah tersebar me­rata adanya pengesampingan terhadap ilmu ini di tengah-tengah kehidupan umat Islam. Inilah yang kemudian men­jadi salah satu penyebab dari kemun­dur­an umat. Karenanya kembali kepada ilmu ini adalah satu kemestian. Ilmu yang memberikan perhatian terhadap penyu­cian hati.

Namakan ilmu ini ilmu ihsan, atau na­makanlah ia ilmu tazkiah, dan atau apa pun itu. Kami tidak ingin masuk dalam perdebatan mengenai nama bagi ilmu ini, karena yang kami inginkan adalah apa yang dinamakan dengannya itu, bukan namanya.

Yang jelas, setelah pelajaran penting tentang perbaikan hati dan penyucian­nya setelah menutup jendela-jendela yang darinya masuk berbagai keburukan dan kegelapan ke dalam hati, selan­jut­nya yang harus menjadi perhatian kita berikutnya adalah penyucian lahir, ka­rena di antara keagungan agama kita adalah bahwa Islam membangun manu­sia seutuhnya, lahir dan bathinnya. Islam tidak menghendaki hanya bangunan lahir yang kokoh, sementara bathinya rapuh. Dan tidak pula hanya bangunan bathinya yang kokoh, sedangkan lahir­nya rapuh. Islam membangun manusia lahir dan bathin.

Yang dimaksud dengan penyucian lahir adalah kebersihan anggota tubuh dan pakaian, yakni kebersihannya dari najis dan dari kotoran. Nabi SAW ber­sabda, “Sesungguhnya Allah Maha­indah, mencintai keindahan, Maha­bersih, mencintai kebersihan.”

Allah SWT berfirman, “Pakailah pa­kai­anmu yang indah di setiap (mema­suki) masjid.” — QS Al-A`raf: 31.

Dari sini kita diajari bahwa seorang mukmin tidaklah rela berada dalam ke­adaan yang pada tubuhnya atau pakai­annya terdapat sesuatu yang najis, ka­rena seorang mukmin senantiasa dalam keadaan hadir bersama Allah SWT.

Wahai murid, sangat penting bagimu bahwa engkau senantiasa dalam keada­an hadir bersama Allah SWT dengan senantiasa berdzikir kepada-Nya dan merasakan agungnya berhubungan de­ngan-Nya. Najis dan apa yang bersama­nya dari kotoran yang menempel di ba­dan atau mengotori pakaian, yang diri kita sendiri merasa jijik terhadapnya, adalah juga termasuk tempat masuknya kegelapan ke dalam diri manusia. Najis memiliki hubungan dengan kegelapan, sebagaimana kebersihan memiliki hu­bungan dengan cahaya.

Karenanya, pertama, tidaklah patut bagi seorang murid peniti jalan menuju Allah SWT untuk berada dalam satu kondisi pakaian, badan, atau tempatnya terkotori najis. Jika terkena sesuatu dari najis, hendaklah segera membersih­kan­nya dengan membasuhnya. Ini selanjut­nya mengingatkan kita kepada satu mak­na bahwa kita butuh mempelajari hukum syari’at dalam muamalah kita dengan kebersihan dan najis, karena sesung­guh­nya perjalanan menuju Allah SWT ti­dak akan dapat dilakukan dengan ke­bodohan. Ulama berkata, “Tidaklah sekali-kali Allah menjadikan walinya dari seorang yang bodoh, dan jika pun Allah mengambilnya niscaya Dia mengajari­nya ilmu.”

Itulah sebabnya, kita teramat butuh untuk memberikan perhatian yang besar terhadap kebersihan lahir.

Selain itu kita pun teramat butuh mem­berikan perhatian terhadap sisi maknawi dari kebersihan lahir, yakni terangkatnya hadats besar (al-hadats al-akbar) dan hadats kecil (al-hadats al-ashghar). Maknanya, seorang murid tidaklah rela apabila berlalu darinya satu saat sedangkan dirinya berada dalam keadaan berhadats.

Karenanya, apabila ia terkena ha­dats kecil yang dapat membatalkan wu­dhu, ia bersegera mengambil wudhu; dan apabila ia terkena hadats besar yang mewajibkan mandi, ia bersegera mandi untuk menghilangkannya. Jika ia menggauli istrinya atau terbangun dari tidur dalam keadaan junub, ia bersegera mandi untuk menghilangkannya.

Dan jika ia menghadapi sesuatu yang menyebabkan mengakhirkan man­dinya, minimal ia melakukan wudhu. Demikian pula pada keadaan-keadaan berat dan darurat, seperti merasakan le­tih yang teramat berat, sehingga tidak dapat segera mandi karenanya, maka hendaklah ia bertayammum, sekalipun pada tembok (yang berdebu), seperti yang dilakukan oleh Rasulullah SAW sebagaimana diriwayatkan oleh Sayyi­dah Aisyah RA. Di saat-saat seperti itu, paling tidak jangan engkau tinggalkan me­nempelkan telapak tanganmu di tem­bok dengan niat tayammum. Kemudian engkau bertayammum agar tidaklah engkau tidur melainkan engkau berada pada salah satu bentuk thaharah. Ada­pun bila engkau hendak keluar dari ru­mah, tidaklah patut engkau keluar dari rumahmu melainkan dalam keadaan suci dan di atas thaharah.

Di antara manfaat dari mudawamah thaharah (senantiasa dalam keadaan suci) adalah, pertama, penjagaan dan pemeliharaan.

Salah seorang bertanya kepada saya, apakah yang dapat memperkuat dan mem­perbanyak datangnya lintasan-lintasan kebajikan yang datang dari Allah SWT sebagai ilham atau dari bisikan (lummah) malaikat, dan dapat memi­ni­malisir datangnya lintasan keburukan yang datang dari setan, nafsu, atau se­bagai istijraj.

Ingatkah kalian tentang pelajaran yang telah lalu? Sekarang seseorang ber­tanya tentang hal itu. Bagaimana lintasan-lintasan kebaikan itu akan dapat bertambah?

Salah satu jawaban dari pertanyaan ini adalah apa yang tengah kita bicara­kan pada pelajaran kali ini. Seorang mu­rid yang senantiasa menjaga dirinya da­lam keadaan suci akan memperbanyak datangnya lintasan-lintasan kebaikan ke dalam hatinya dan meminimalisir da­tang­nya lintasan keburukan.

Pada saat seorang murid, peniti dan pencari jalan dan kedekatan kepada Allah SWT, keadaannya tidak dalam wudhu dan suci, akan banyak datang kepadanya lintasan-lintasan keburukan, bisikan setan, dan bisikan hawa nafsu, yang terus semakin kuat lintasan-lintas­an itu di dalam hatinya. Akan tetapi, bila keadaannya senantiasa berada dalam wudhu dan thaharah, selama itu pula ia hidup dalam lingkaran cahaya, yang akan memeliharanya dan melindunginya dari masuknya lintasan-lintasan buruk ke dalam hatinya. Memeliharanya pula dari gangguan setan, baik setan manusia ataupun jin. Menjaganya dari dengki dan juga memeliharanya dari sihir. Inilah pen­jagaan dan pemeliharaan yang sem­purna bagi seorang murid peniti jalan menuju Allah SWT. Yakni senantiasa berada dalam keadaan wudhu dan tha­harah.

Kedua, penguat keyakinan di dalam hati.

“Adakah pengaruhnya dari air yang aku gunakan untuk membasuh wajahku, kedua tanganku hingga kedua siku, mengusap rambutku, dan membasuh kedua kakiku hingga mata kaki, terhadap bertambah kuatnya keyakinan, yang merupakan dasar agama?”

Para ulama menjawab, “Benar.”

Seseorang yang senantiasa ber­sungguh-sungguh menjaga keadaannya dalam wudhu, ia tengah mempersiapkan dirinya untuk dapat bertemu Allah SWT di setiap saat dan waktunya. Orang yang senantiasa bersungguh-sungguh men­jaga keadaannya dalam thaharah, ber­arti ia telah mempersiapkan dirinya untuk bertemu Allah SWT di setiap saat dari waktu-waktunya.

Di antara perkara yang senantiasa para guru kami memotivasinya dan mem­bangkitkan semangat kita untuk selalu menjaga thaharah dan selalu berada dalam keadaan thaharah adalah bahwa mereka berkata, “Kapan pun datang ke­matian kepadamu, engkau dalam keada­an suci.”

Itulah sebabnya, hendaklah setiap kita, bila hendak mengambil wudhu, meng­ingat-ingat ungkapan ini. “Aku mati dalam keadaan suci.” Bila seorang murid peniti jalan menuju Allah SWT senan­tiasa mengingat mati, hatinya terpenuhi ingatan akan kematian dan kesiapan un­tuk mati, maka niscaya dunia tidak akan dapat mempermainkan hatinya, setan pun tidak dapat menggodanya, dan naf­su pun tidak akan dapat mendiktenya.

Bila pun sesekali ia tersalah, niscaya ia akan segera ingat dan sadar untuk ke­mudian bertaubat kepada Allah SWT, ka­rena ia selalu dalam keadaan meng­ingat kematian. Dan orang yang berbuat amal karena mengingat akan kematian, sesung­guhnya ingat akan kematian itu telah men­jadikannya bangkit untuk se­nan­tiasa ber­buat amal dan amal. Ia bangkit untuk meng­ambil wudhu, selalu mempersiapkan diri untuk menyambut datangnya kemati­an. Dan perbuatan yang dilakukan dalam rangka memper­siapkan diri agar siap me­nyambut da­tangnya kematian akan me­nambah kuat keyakinan di dalam hatinya. Demikian­lah, mudawamah dalam wudhu dan tha­harah akan menambah kuat ke­yakinan dalam hati.

sumber: majalah alkisah.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

stroom09@gmail.com

KLINIK CENAYANG STROOM09

KLINIK CENAYANG STROOM09
KLINIK CENAYANG STROOM09

pengunjung

RENTAL MOBIL CIREBON

RENTAL MOBIL CIREBON
RENTAL MOBIL CIREBON,TAXI ONLINE CIREBON,SEWA MOBIL CIREBON MINAT HP/WA :089537731979

Total Tayangan Halaman