Assalamualaikum wr wb.salam sejahtera buat pembaca blog stroom09 yg setia hadir membaca artikel-artikel blog stroom09.kali ini saya akan mencoba memposting sekilas ulama pendidik,pendidik ulama.yuk kita simak bareng2 artikel di bawah ini semoga ada pelajaran yang dapat kita ambil dari kisah perjuangan ulama tersebut.biar gagh penasaran langsung saja ya.
Syaikh Sulaiman Arrasuli
Syaikh Sulaiman, pendiri Tarbiyah Islamiyah, lahir di Canduang,
Bukittinggi, Sumatera Barat, pada tahun 1871, dari keluarga yang
religius. Ayahnya, Syaikh Muhammad Rasul, seorang ulama terkemuka yang
digelari “Angku Mudo Pakan Kamih”.
Di masa belianya, Syaikh Sulaiman belajar Al-Qur’an kepada Tuan
Syaikh Muhammad Arsyad Batu Hampar. Setelah menamatkan Al-Qur’an, ia
belajar ilmu alat kepada Syaikh Tuanku Sami’ Biaro.
Setelah beberapa lama di Biaro, ia menuju Sungayang bersama guru
tuo-nya, Tuanku Qadhi Salo. Ulama yang dituju di Sungayang ialah Tuan
Syaikh, yang termasyhur dengan sebutan “Tuanku Kolok” (kakek Prof.
Mahmud Yunus), seorang ulama fiqih terkemuka, terutama dalam faraidh.
Setelah Tuanku Kolok wafat, Syaikh Sulaiman melanjutkan pelajarannya kepada Tuan Syaikh Abdussalam Banuhampu.
Selang beberapa lama, ia pindah ke Sungai Dareh Situjuah Payakumbuh.
Tak berapa lama di Situjuah, Syaikh Sulaiman dengan isyarat guru dan
ayahandanya berangkat ke Halaban. Ulama yang dituju ialah seorang alim
yang termasyhur di sana, yaitu Tuan Syaikh Abdullah. Di Halaban, Syaikh
Sulaiman menetap cukup lama, yaitu tak kurang dari tujuh tahun.
Di sini ia mendapat kepercayaan Syaikh Abdullah untuk menjadi “guru
tuo”, sampai ia diambil menantu oleh Tuan Syaikh Abdullah sendiri.
Oleh karena ilmu yang mumpuni, ia disuruh pulang oleh Tuan Syaikh
Abdullah untuk mengembangkan ilmu yang telah didapat di kampung
halamannya, Canduang.
Setelah itu Syaikh Sulaiman pulang, mengajar di kampung selama enam
bulan, kemudian berangkat ke Makkah untuk menunaikan rukun Islam
kelima dan menambah ilmu pengetahuan.
Di Makkah, Syaikh Sulaiman belajar kepada ulama-ulama ternama, di
antaranya Syaikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi, Syaikh Mukhtar ‘Atharid
Ash-Shufi, Sayyid Ahmad Syatha Al-Makki, Syaikh Utsman As-Sarawaki,
Syaikh Muhammad Sa’id Ba Bashil, mufti Syafi’i. Dari ulama-ulama besar
termasyhur itu ia mendapatkan berbagai sanad keilmuan dalam ilmu-ilmu
syari’at, khususnya di bidang ilmu ‘Arabiyah (ilmu-ilmu alat), fiqih,
tafsir, hadits, tasawuf.
Pada tahun 1907 ia pulang ke tanah kelahirannya, dan kemudian melakukan langkah perjuangan.
Mula-mula ia melanjutkan halaqah di kampung halamannya. Halaqah ini
berkembang pesat, dan didatangi oleh murid-murid yang ramai dari
berbagai penjuru negeri.
Kemudian, untuk menyatukan corak dan sistem pendidikan agama di
Sumatera Barat, Syaikh Sulaiman Arrasuli mengundang seluruh pemimpin
halaqah serta ulama-ulama lain yang dianggap perlu untuk mengadakan
pertemuan pada tanggal 5 Mei 1928 di Canduang. Dalam rapat itu
disepakati perubahan halaqah menjadi madrasah yang ada dengan nama
“Madrasah Tarbiyah Islamiyah” (tempat pendidikan keislaman).
Dalam perkembangan selanjutnya nama Madrasah Tarbiyah Islamiyah
digunakan oleh semua sekolah yang beraliran Ahlussunnah wal Jama’ah
dalam i‘tiqad dan Madzhab Syafi‘i dalam syari’at ibadah. Para pemimpin
Madrasah Tarbiyah Islamiyah merasa perlu untuk meningkatkan rasa
persatuan dan kesatuan tersebut, tidak saja antara madrasah dan
pimpinannya, tetapi juga persatuan orangtua murid yang belajar di
setiap Madrasah Tarbiyah Islamiyah serta orang-orang yang mencintai
madrasah tersebut. Maka dibentuklah Persatuan Madrasah Tarbiyah
Islamiyah, disingkat PMTI, dan langsung dipimpin oleh Syaikh Sulaiman
Arrasuli.
Oleh Syaikh Sulaiman Arrasuli dikatakan bahwa pendiri Madrasah
Tarbiyah Islamiyah ini adalah sepuluh orang ulama yang ikut pada
pertemuan di Ladang Laweh, tahun 1918. Yaitu Syaikh Sulaiman Arrasuli
Canduang, Syaikh Abbas Al-Qadhi Ladang Laweh, Syaikh Chatib Muhammad Ali
Padang, Syaikh Muhammad Djamil Jaho, Syaikh Abdul Wahid As Shalilly
Tabek Gadang, Syaikh Muhammad Arifin Batu Hampar, Syaikh Jalaluddin
Sicincin, Syaikh Abdul Majid Koto Nan Gadang, Syaikh Alwi Koto Nan
Ampek, dan Syaikh Machudum Solok.
Pada tahun 1930, Syaik Sulaiman Arrasuli kembali mengundang para
ulama Madrasah Tarbiyah Islamiyah untuk mengadakan pertemuan di
Canduang. Rapat yang dilaksanakan di Madrasah Islamiyah Canduang ini
sepakat untuk membentuk organisasi yang bernama “Persatuan Tarbiyah
Islamiyah” dan dapat disebut “Tarbiyah”, yang berkedudukan di
Candung. Organisasi ini berasaskan Islam, dalam aqidah berdasarkan
paham Ahlussunnah wal Jama’ah dan dalam ibadah berdasarkan Madzhab
Syafi`i.
Organisasi ini selanjutnya menjadi salah satu organisasi Aswaja
terbesar di Indonesia yang telah melahirkan ribuan ulama dan
tokoh-tokoh besar terbaik bangsa.
Syaikh Sulaiman Arrasuli adalah tokoh pendiri Tarbiyah yang paling
panjang usianya. Setelah mengembalikan Tarbiyah ke khitthah, kembali ke
jalur pendidikan, sosial, dan dakwah, dan melepaskan diri dari
aktivitas politik praktis, Syaikh Sulaiman Arrasuli wafat pada tanggal 1
Agustus 1970 dalam usia 99 tahun.
Seluruh hidupnya telah dicurahkan untuk perjuangan Islam dan tanah air tercinta, Indonesia.
referensi: majalah alkisah.com
koleksi ilmu hikmah, kisahsufi,tasawuf,fengshui,maulid,desain grafis,batu akik,batu obsidian, paypal pay,za,pendanaan,RENTAL MOBIL proyek,investor,funder,kredit kpr,pinjaman multi guna ,pialang,wali amanat,SEWA MOBIL CIREBONtaxi online cirebondan lain-lain
koleksi ilmu-ilmu hikmah,kisah 2 tokoh sufi.teknologi tips n trik dll
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
stroom09@gmail.com