koleksi ilmu-ilmu hikmah,kisah 2 tokoh sufi.teknologi tips n trik dll

Minggu, Agustus 04, 2013

ulama-ulama guru bangsa part 4

Assalamualaikum wr wb.salam sejahtera buat pembaca blog stroom09 yg setia hadir membaca artikel-artikel blog stroom09.kali ini saya akan mencoba memposting sekilas ulama pendidik,pendidik ulama.yuk kita simak bareng2 artikel di bawah ini semoga ada pelajaran yang dapat kita ambil dari kisah  perjuangan ulama tersebut.biar gagh penasaran langsung saja ya.
Syaikh Sulaiman Arrasuli
Syaikh Sulaiman, pendiri Tarbiyah Islamiyah, lahir di Canduang, Bukittinggi, Sumatera Barat, pada tahun 1871, dari keluarga yang religius. Ayahnya, Syaikh Muhammad Rasul, seorang ulama terke­muka yang digelari “Angku Mudo Pakan Kamih”.
Di masa belianya, Syaikh Sulaiman belajar Al-Qur’an kepada Tuan Syaikh Muhammad Arsyad Batu Hampar. Sete­lah menamatkan Al-Qur’an, ia belajar ilmu alat kepada Syaikh Tuanku Sami’ Biaro.
Setelah beberapa lama di Biaro, ia menuju Sungayang bersama guru tuo-nya, Tuanku Qadhi Salo. Ulama yang dituju di Sungayang ialah Tuan Syaikh, yang termasyhur dengan sebutan “Tuan­ku Kolok” (kakek Prof. Mahmud Yunus), seorang ulama fiqih terkemuka, terutama dalam faraidh.
Setelah Tuanku Kolok wafat, Syaikh Sulaiman melanjutkan pelajarannya ke­pada Tuan Syaikh Abdussalam Banu­hampu.
Selang beberapa lama, ia pindah ke Sungai Dareh Situjuah Payakumbuh.
Tak berapa lama di Situjuah, Syaikh Sulaiman dengan isyarat guru dan ayah­andanya berangkat ke Halaban. Ulama yang dituju ialah seorang alim yang ter­masyhur di sana, yaitu Tuan Syaikh Abdullah. Di Halaban, Syaikh Sulaiman menetap cukup lama, yaitu tak kurang dari tujuh tahun.
Di sini ia mendapat kepercayaan Syaikh Abdullah untuk menjadi “guru tuo”, sampai ia diambil menantu oleh Tuan Syaikh Abdullah sendiri.
Oleh karena ilmu yang mumpuni, ia disuruh pulang oleh Tuan Syaikh Abdul­lah untuk mengembangkan ilmu yang telah didapat di kampung halamannya, Canduang.
Setelah itu Syaikh Sulaiman pulang, mengajar di kampung selama enam bu­lan, kemudian berangkat ke Makkah un­tuk menunaikan rukun Islam kelima dan menambah ilmu pengetahuan.
Di Makkah, Syaikh Sulaiman belajar kepada ulama-ulama ternama, di antara­nya Syaikh Ahmad Khatib Al-Minang­kabawi, Syaikh Mukhtar ‘Atharid Ash-Shufi, Sayyid Ahmad Syatha Al-Makki, Syaikh Utsman As-Sarawaki, Syaikh Mu­ham­mad Sa’id Ba Bashil, mufti Syafi’i. Dari ulama-ulama besar termasyhur itu ia mendapatkan berbagai sanad keilmu­an dalam ilmu-ilmu syari’at, khususnya di bidang ilmu ‘Arabiyah (ilmu-ilmu alat), fiqih, tafsir, hadits, tasawuf.
Pada tahun 1907 ia pulang ke tanah ke­lahirannya, dan kemudian melakukan langkah perjuangan.
Mula-mula ia melanjutkan halaqah di kampung halamannya. Halaqah ini ber­kembang pesat, dan didatangi oleh mu­rid-murid yang ramai dari berbagai pen­juru negeri.
Kemudian, untuk menyatukan corak dan sistem pendidikan agama di Suma­tera Barat, Syaikh Sulaiman Arrasuli mengun­dang seluruh pemimpin halaqah serta ula­ma-ulama lain yang dianggap perlu un­tuk mengadakan pertemuan pada tang­gal 5 Mei 1928 di Canduang. Dalam rapat itu disepakati perubahan halaqah menjadi madrasah yang ada dengan nama “Madrasah Tarbiyah Islamiyah” (tempat pendidikan keislaman).
Dalam perkembangan selanjutnya nama Madrasah Tarbiyah Islamiyah di­gunakan oleh semua sekolah yang ber­aliran Ahlussunnah wal Jama’ah dalam i‘tiqad dan Madzhab Syafi‘i dalam syari’at ibadah. Para pemimpin Madrasah Tarbi­yah Islamiyah merasa perlu untuk me­ning­katkan rasa persatuan dan kesatuan tersebut, tidak saja antara madrasah dan pimpinannya, tetapi juga persatuan orang­tua murid yang belajar di setiap Madrasah Tarbiyah Islamiyah serta orang-orang yang mencintai madrasah tersebut. Maka dibentuklah Persatuan Madrasah Tarbiyah Islamiyah, disingkat PMTI, dan langsung dipimpin oleh Syaikh Sulaiman Arrasuli.
Oleh Syaikh Sulaiman Arrasuli dikata­kan bahwa pendiri Madrasah Tarbiyah Islamiyah ini adalah sepuluh orang ulama yang ikut pada pertemuan di Ladang Laweh, tahun 1918. Yaitu Syaikh Sulai­man Arrasuli Canduang, Syaikh Abbas Al-Qadhi Ladang Laweh, Syaikh Chatib Muhammad Ali Padang, Syaikh Mu­ham­mad Djamil Jaho, Syaikh Abdul Wa­hid As Shalilly Tabek Gadang, Syaikh Muham­mad Arifin Batu Hampar, Syaikh Jalalud­din Sicincin, Syaikh Abdul Majid Koto Nan Gadang, Syaikh Alwi Koto Nan Ampek, dan Syaikh Machudum Solok.
Pada tahun 1930, Syaik Sulaiman Arrasuli kembali mengundang para ulama Madrasah Tarbiyah Islamiyah un­tuk meng­adakan pertemuan di Can­duang. Ra­pat yang dilaksanakan di Mad­rasah Islamiyah Canduang ini sepakat untuk mem­bentuk organisasi yang ber­nama “Persatuan Tarbiyah Islamiyah” dan da­pat disebut “Tarbiyah”, yang ber­keduduk­an di Candung. Organisasi ini ber­asaskan Islam, dalam aqidah berda­sarkan paham Ahlussunnah wal Jama’ah dan dalam ibadah berdasarkan Madzhab Syafi`i.
Organisasi ini selanjutnya menjadi sa­lah satu organisasi Aswaja terbesar di In­donesia yang telah melahirkan ribuan ula­ma dan tokoh-tokoh besar terbaik bang­sa.
Syaikh Sulaiman Arrasuli adalah to­koh pendiri Tarbiyah yang paling panjang usianya. Setelah mengembalikan Tarbi­yah ke khitthah, kembali ke jalur pendi­dik­an, sosial, dan dakwah, dan mele­pas­kan diri dari aktivitas politik praktis, Syaikh Sulaiman Arrasuli wafat pada tanggal 1 Agustus 1970 dalam usia 99 tahun.
Seluruh hidupnya telah dicurahkan un­tuk perjuangan Islam dan tanah air ter­cinta, Indonesia.




referensi: majalah alkisah.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

stroom09@gmail.com

KLINIK CENAYANG STROOM09

KLINIK CENAYANG STROOM09
KLINIK CENAYANG STROOM09

pengunjung

RENTAL MOBIL CIREBON

RENTAL MOBIL CIREBON
RENTAL MOBIL CIREBON,TAXI ONLINE CIREBON,SEWA MOBIL CIREBON MINAT HP/WA :089537731979

Total Tayangan Halaman