koleksi ilmu hikmah, kisahsufi,tasawuf,fengshui,maulid,desain grafis,batu akik,batu obsidian, paypal pay,za,pendanaan,RENTAL MOBIL proyek,investor,funder,kredit kpr,pinjaman multi guna ,pialang,wali amanat,SEWA MOBIL CIREBONtaxi online cirebondan lain-lain
koleksi ilmu-ilmu hikmah,kisah 2 tokoh sufi.teknologi tips n trik dll
Minggu, September 08, 2013
khilafah ruhaniah
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Maha Pengampun.” (QS Faathir: 28).
Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad, rahimahullah, ketika menjelaskan firman Allah SWT, “...Maka bertanyalah kepada ahlu dzikr jika kalian tidak mengetahui,” (QS An-Nahl: 43), beliau berkata, “Yang dimaksud dengan ahlu dzikr adalah para ulama yang ma`rifah kepada Allah dan ma`rifah terhadap perkara-perkara agama, yang mengamalkan ilmu mereka semata-mata untuk mencari ridha Allah, yang zuhud di dunia, yang tidak dilalaikan oleh perdagangan atau jual-beli dari mengingat Allah, yang mengajak manusia ke jalan Allah di atas kebenaran, yang tersingkap bagi mereka rahasia-rahasia Allah SWT.”
Di samping itu beliau juga menjelaskan sifat-sifat para imam (ulama) panutan umat dengan mengatakan, “Mereka itu adalah hamba-hamba pilihan Tuhan semesta alam dari kalangan orang-orang mukmin, yang menguasai ilmu dengan sempurna, yang memahami segala hakikat iman, keyakinan, dan ihsan, yang tersingkap atas mereka berbagai rahasia Allah di alam al-mulk (alam bumi) dan alam al-malakut (alam para malaikat) milik Allah SWT melalui jalan kasyaf ataupun indrawi.”
Berkaitan dengan ulama, belakangan, di saat keadilan sudah menjadi barang yang langka, kasih sayang tersisihkan oleh arogansi, dan nilai-nilai moral dan akhlaq semakin terpinggirkan dan diperlakukan acuh tak acuh, ketika kekuasaan justru banyak digunakan untuk memenuhi ambisi-ambisi pribadi atau golongan dan bukan untuk menjadi kekuatan bagi terwujudnya kesejahteraan dan kemakmuran bagi setiap warga negeri, muncul wacana-wacana yang mengandaikan tampuk-tampuk kekuasaan dipegang oleh para ulama, yang notabene mereka adalah para pewaris Nabi yang sangat mengerti berbagai tatanan nilai yang ideal itu. Dengan pengandaian itu diharapkan mereka akan dapat menjadi penggerak roda kemasyarakatan dan pemerintahan menuju arah kesejahteraan dan kemakmuran yang selama ini dirindukan oleh setiap orang.
Di sisi yang berbeda, berkembang juga pemikiran bahwa politik dan kekuasan tidaklah layak dan bukan tempat bagi para ulama. Bagi kelompok ini, politik dan kekuasaan adalah sesuatu yang sangat kotor dan bersifat duniawi semata, sehingga tidak layak bila para ulama terjun ke medan yang penuh dengan tipu daya dan ambisi-ambisi duniawi ini. Bagi mereka ini, para ulama haruslah tetap berada di tengah masyarakat untuk mengurusi perkara-perkara spiritual umat dan tidak perlu ikut terlibat dalam wilayah politik dan kekuasan.
Perbedaan dua kubu pemikiran ini lambat laun menjadi semakin liar dan ekstrem, sehingga yang muncul kemudian adalah sikap saling menyalahkan, yang berujung pada perpecahan yang melemahkan persatuan umat.
Namun banyak pula yang kemudian lebih mengambil sikap masa bodoh. Yaitu mereka yang dalam banyak kenyataan melihat banyak penyimpangan di kalangan figur-figur yang selama ini dikenal sebagai “ulama” itu sendiri. Di saat para ulama itu terlihat sangat dekat dengan kekuasaan dan penguasa, namun sangat kental nuansa kepentingan individunya, atau di sisi lain jauh dari penguasa, tetapi menjadi penghujat-penghujat sejati yang justru semakin menambah keruh masalah yang ada di banding memberikan solusi terbaik bagi umat dan para penguasanya.
Berkaitan dengan ini semua, pada edisi kali ini, kami mengajak para pembaca setia alKisah untuk membaca dan merenungi kembali kisah-kisah dari sejarah hidup para ulama pendahulu, yang telah diakui oleh sejarah bahwa mereka adalah ulama-ulama umat terbaik yang memberikan contoh dan teladan terindah dalam kaitannya dengan sikap mereka terhadap kekuasaan dan penguasa. Untuk kemudian mengambil makna-makna tersimpan dan terdalam dari setiap sikap mereka dalam masalah ini.
Namun sebelum itu, sejenak terlebih dahulu kami ingin mengajak pembaca untuk merenungkan penjelasan Habib Umar bin Hafidz tentang hakikat khilafah, yang darinya setiap kita insya Allah akan memahami makna-makna dari tugas dan peran setiap kita dalam kehidupan ini dan darinya pula tersingkap makna-makna penting yang berkaitan dengan kekuasaan.
Khilafah Ruhaniah
Habib Umar bin Hafidz menjelaskan, ihwal khilafah, kerancuan terletak pada dua hal yang amat penting. Pertama, penyempitan makna khilafah, yang hanya pada pelaksanaan hukum Islam melalui kekuasaan. Yang kedua, pandangan atas wajibnya menegakkan khilafah ketika sudah ada pemerintahan di tengah-tengah umat Islam.
Mengenai yang pertama, perlu ditegaskan bahwa kata “khilafah”, bila dikaitkan dengan agama dan syari’at, maknanya tak hanya terbatas pada konteks kekuasaan dengan segala penerapan hukum-hukum publik, sebagaimana makna khilafah secara etimologis yang memang jauh lebih luas.
Al-Qur’an menggunakan kata ini bahkan untuk orang yang berbuat buruk, orang yang menyimpang dari jalan yang benar, juga generasi yang datang setelah para nabi dan rasul, seperti pada ayat, ”Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan mengikuti hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan.” (QS 19: 59). Jadi, mereka adalah generasi pengganti yang tinggal di tempat orang-orang sebelumnya namun mereka tidak mengikuti prinsip dan perilaku generasi sebelumnya. Sehingga, makna khilafah adalah pergantian seseorang terhadap orang lain dalam konteks apa pun.
Mengenai kaitan khilafah dengan urusan agama, juga perlu dipahami bahwa khilafah yang diagungkan dan dinyatakan Allah sebagai keistimewaan khusus Nabi Adam dan anak-cucunya, dalam firman-Nya, ”Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi” (QS 2: 30), adalah khilafah ruhaniah, keagamaan, dan ketuhanan, bukan sebatas otoritas politik yang mengatur urusan-urusan lahiriah.
Khilafah tersebut terkait erat dengan tugas mengemban amanah sesuai kapasitas dan kemampuan seseorang, dalam konteks menegakkan kebenaran, yaitu syari’at yang telah ditetapkan Allah pada makhluk-Nya. Inilah khilafah yang disinggung Allah dalam Al-Qur’an, ketika menurunkan nenek moyang kita, Nabi Adam, ke bumi, ”Maka jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku, lalu barang siapa mengikuti petunjuk-Ku, ia tak akan tersesat dan tak akan celaka.” (QS 20: 123).
Mengamalkan tuntunan Allah, melaksanakan perintah, dan menghindari larangan-Nya, itulah arti khilafah yang telah ditugaskan Allah kepada Nabi Adam. Nabi Adam turun padahal di bumi belum ada bangsa apa pun yang bisa menjadi obyek kekuasaan. Ia hanya disertai Ibu Hawa. Lalu, mulai lahirlah putra-putra dari keluarga Adam. Ia menjalani posisinya sebagai orang pertama yang memegang khilafah sebelum adanya bentuk pemerintahan dan kekuasaan publik. Sejarah terus berlangsung dalam wilayah keluarga itu, yaitu Adam dan putra-putranya. Merekalah yang menghuni bumi.
Lalu keturunannya mulai banyak. Nabi Syits, putra Adam AS, menggantikannya memegang tampuk khilafah. Ia menerima kenabian dan amanah untuk melaksanakan ikrar manusia kepada Allah.
Khilafah merupakan tugas masing-masing diri kita. Tak ada alasan bagi siapa pun untuk menganggap remeh hal ini, hingga melalaikan dan meninggalkannya lantaran ketiadaan simbol-simbol fisik khilafah (kekuasaan).
Penjelasan beliau yang kami nukilkan secara singkat di sini secara jelas menegaskan bahwa kekhilafahan yang sesungguhnya adalah khilafah ruhaniah. Makna yang dimaksud ”setiap individu adalah khalifah Allah di muka bumi” yakni mengamalkan segala tuntunan Allah, melaksanakan perintah, dan menghindari larangan-Nya. Dan menjalankan kekuasaan sebagai penguasa atau mentaati penguasa sebagai rakyat adalah bagian dari menjalankan perintah Allah SWT. Sehingga, kaitannya dengan ulama, tidaklah menjadi sebuah kesalahan bila seseorang dari mereka bertindak sebagai penguasa yang menjalankan kekuasaan, dan demikian pula sebaliknya, bukan sebuah kekeliruan bila mereka berlaku sebagai rakyat yang taat kepada pemimpinnya.
sumber:majalah alkisah
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
stroom09@gmail.com