Salam sejahtera saya ucapkan,kepada pengunjung BLOG STROOM09. Kali ini saya akan memposting kembali sedikit cerita kisah raden Sumantri.biar lbih jelas kita simak saja yuk ceritanya.
Diceritakan bahwa Raden Sumantri adalah anak seorang pertapa yang
mematuhi nasehat orang tuanya untuk mengabdi kepada Prabu Harjuna
Sasrabahu yang merupakan titisan Batara Wisnu. Cerita tersebut populer
di tengah masyarakat dan sering dipentaskan dengan lakon Sumantri
“ngenger”. Orang tua dari anak yang “ngenger” yakin bahwa wali yang
memelihara putranya adalah perwujudan Ilahi yang akan membimbing
putranya ke arah kemuliaan hidupnya.
Pada saat mengabdi kepada
raja, Raden Sumantri diberi tugas untuk memerangi musuh-musuh kerajaan.
Dengan kesaktiannya segala musuh dapat dimusnahkan dan kembali ke
kerajaan dengan membawa kemenangan.
Manusia tidak bisa bebas
sepenuhnya dari insting hewani. Bagaimana bisa bebas sepenuhnya ? Bebas
dari sifat-sifat ini, ya berarti mati. Manusia tidak bisa bebas dari
hewan di dalam diri, tetapi bisa menjaga kejinakannya. Oleh karena itu
manusia harus sadar untuk mengendalikan hewan di dalam diri.
Dalam ketidaksadarannya, Raden Sumantri mempertanyakan, kenapa dia dan
bukan Sang Prabu yang berperang sendiri. Namun, setelah Sang Prabu
menunjukkan kesaktian yang sangat tinggi yang tidak ada bandingannya,
dia pun sadar dan tunduk terhadap Sang Prabu.
Sang Prabu dengan
penuh kasih mengingatkan, “Seorang ksatriya yang suka melakukan olah
batin pun masih memiliki sifat-sifat hewani. Itu tidak dapat dihindari.
Dan penjinakan bukanlah sesuatu yang dilakukan satu kali saja.
Penjinakan adalah proses sepanjang usia, seumur hidup. Jangan kira
sekali terjinakkan hewan di dalam diri menjadi jinak untuk selamanya.
Tidak demikian. Hewan-hewan buas nafsu, keserakahan, kebencian,
kemunafikan, dan lain sebagainya—termasuk pimpinan mereka, majikan
mereka yaitu gugusan pikiran yang kita sebut ‘pikiran’— membutuhkan
pengawasan ketat sepanjang hari, sepanjang malam… sepanjang
tahun..sepanjang hidup. Kemudian Sang Prabu memintanya memindahkan
“Taman Sriwedari” ke istana, sebuah pekerjaan yang belum pernah
dilakukannya.
Adiknya Raden Sukrasana membantu dan terlaksanalah
tugasnya dengan baik. Saat itu, Raden Sumantri malu diikuti oleh
adiknya yang buruk rupa ke istana, dan dia menakut-nakutinya dengan
senjata agar tidak mengikutinya. Dan, terlepaslah senjatanya membunuh
sang adik tanpa sengaja. Dia telah melupakan nasehat Sang Prabu untuk
mengendalikan sifat hewani dalam diri. Dia menyesal dan sejak saat itu
berubah menjadi ksatriya yang bijaksana. Atas jasa-jasanya pada suatu
saat dia diangkat menjadi patih Kerajaan Maespati dan diberi gelar Patih
Suwondo.
Bagi Raden Sumantri melepaskan keterikatan berarti
melepaskan rasa kepemilikan. Termasuk rasa kepemilikan terhadap
nyawanya. Raden Sumantri tidak melarikan diri dari tanggung jawab. Tuhan
adalah Pemilik Tunggal semuanya ini. Menganggap diri sebagai pelaku
hanya menunjukkan egonya. Dan, Raden Sumantri bertarung sepenuh hati
melawan Rahwana sampai hembusan napas yang terakhir. Raden Sumantri
hanya melihat Dia, hanya ada Dia. Dia yang dicintainya dan Dia sedang
mengulurkan tangan-Nya.
Kabeh mangso kanggonan sifat kewan, yen
sifat kewan ana ing manungsa ora ditundukke bakal ndadekke uripe mung
kanggonan hawa nepsu. Titenanne gampang : gampang nesu, serakah, srei,
dengki....iku kabeh ngadohke urip marang kersane Gusti. Rahayu para
kadang kinasih
koleksi ilmu hikmah, kisahsufi,tasawuf,fengshui,maulid,desain grafis,batu akik,batu obsidian, paypal pay,za,pendanaan,RENTAL MOBIL proyek,investor,funder,kredit kpr,pinjaman multi guna ,pialang,wali amanat,SEWA MOBIL CIREBONtaxi online cirebondan lain-lain
koleksi ilmu-ilmu hikmah,kisah 2 tokoh sufi.teknologi tips n trik dll
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
stroom09@gmail.com