Pada pelajaran kali ini, ada dua penguasaan yang mesti
engkau perhatikan dan terapkan dalam keseharianmu, sehingga keduanya
akan dapat menolong dan membantumu dalam pendakianmu kepada derajat yang
lebih tinggi dalam perkara ini (meniti jalan menuju Allah SWT). Yakni,
pertama, penguasaan diri dalam hal kesucian lahir. Dan kedua, penguasaan
diri dalam perkara mengatur waktu dalam menjalankan aktivitas
keseharian kita.
Segala puji bagi dan hanya milik Allah SWT dengan pujian
hamba yang tenggelam dalam karunia-Nya, kebajikan-Nya, kemurahannya,
dan pemberian-Nya, pujian hamba yang teramat lemah dari menunaikan
syukur kepada-Nya atas segala nikmat dan karunia-Nya, pujian hamba yang
mengakui dengan segala keteledorannya serta buruk dan kejinya segala
amal dan keberanian dirinya dalam berbuat kedurhakaan terhadap-Nya,
pujian hamba yang penuh harap kepada karunia Allah, kebajikan-Nya, dan
juga kemurahan-Nya.
Shalawat serta salam semoga senantiasa Allah curahkan dan limpahkan
kepada penghulu dan junjungan kita, Sayyidina Muhammad, insan paling
agung dalam menunjukkan jalan menuju Allah SWT, pintu yang tiada duanya
menuju Allah SWT. “Katakanlah, ‘Jika kalian (benar-benar) mencintai
Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni kalian.’
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Semoga Allah senantiasa mencurahkan shalawat, salam, dan keberkahan
atas beliau, ahli baytnya, para sahabatnya, para tabi‘in dan
pengikut-pengikut mereka dalam kebajikan hingga hari Kiamat.
Semoga sejak pelajaran yang lalu kita semua telah memantapkan langkah
untuk menguasai nafsu kita. Berhadats, engkau kembali mengambil air
wudhu. Atau janabah, engkau pun mandi hadats besar untuk
menghilangkannya. Engkau telah menguasai hatimu dalam perkara penampilan
lahirmu atau engkau sudah berusaha melakukan semua itu dan kini engkau
tengah berada di jalan menuju itu semua.
Pada pelajaran kali ini, ada dua penguasaan yang mesti engkau
perhatikan dan terapkan dalam keseharianmu, sehingga keduanya akan
dapat menolong dan membantumu dalam pendakianmu kepada derajat yang
lebih tinggi dalam perkara ini (meniti jalan menuju Allah SWT). Yakni,
pertama, penguasaan diri dalam hal kesucian lahir. Dan kedua,
penguasaan diri dalam perkara mengatur waktu dalam menjalankan aktivitas
keseharian kita.
Pada pelajaran yang lalu kita telah sama-sama berbicara bahwa
penguasaan diri terhadap kesucian lahir memiliki kaitan yang sangat
erat dan tak terpisahkan dengan penerangan terhadap perkara-perkara
bathin (ruhani). Dan kesucian bathin berkaitan erat dengan meminimkan
makanan, tidur, dan pembicaraan. Namun yang demikian itu, guru-guru
kita — semoga Allah memberikan balasan terindah kepada mereka semua
atas segala jasa mereka kepada kita — mengatakan, sedikit makan, tidur,
dan berbicara tidaklah dapat diterapkan dan dilakukan secara spontan
dan tiba-tiba begitu saja.
Penguasaan Diri dalam Hal Makan
Penguasaan diri terhadap makanan tidaklah datang secara tiba-tiba
atau dilakukan secara spontan tanpa latihan dan pembiasaan
sebelumnya.Tidak mungkin dalam sehari-semalam seseorang dapat mengubah
pola makannya menjadi satu suap begitu saja. Rasulullah SAW bersabda,
“Sesungguhnya agama ini adalah agama yang kokoh, maka masuklah ke
dalamnya dengan kelemahlembutan. Karena sesungguhnya perjalanan tanpa
henti itu tidak akan pernah menyampaikan kepada tujuan dan tidak pula
membuat punggung nyaman karenanya.”
Lalu langkah apa yang harus dilakukan agar hal ini berhasil?
Pertama, berlatih untuk melakukan puasa. Pada saat puasa itulah kita
berusaha untuk sederhana ketika berbuka, mencoba untuk makan dua kali,
yakni ketika berbuka dan sahur, dan kita belajar menyederhanakan
macam-macam makanan pada keduanya.
Kedua, pada majelis yang lalu kita telah berkata, “Aku akan berhenti
makan di saat masih berselera terhadapnya.” Kita meninggalkannya karena
Allah SWT.
Ketiga, kita meningkat lagi dalam pembelajaran ini, yaitu dengan
mengurangi jumlah atau kuantitas makanan yang kita makan dalam sekali
makan. Kemudian kita membiasakan diri untuk mengurangi yang kita
inginkan dengan cara lebih mengutamakan yang kita tidak berselera
terhadapnya daripada yang kita berselera terhadapnya. Demikianlah
kaitannya dengan makanan.
Penguasaan Diri dalam Hal Tidur
Berapa jam engkau tidur dari sehari semalam? Mari kita menata segala
urusan kita. Bukankah kita telah mengatakan bahwa kita semua adalah muridul akhirah (pengharap negeri akhirat).
Seorang murid peniti jalan menuju Allah yang tidak tahu berapa lama
mesti ia tidur dan berapa lama seharusnya ia jaga, bukanlah ia seorang
murid.
Berapa jamkah yang cukup untukmu? Delapan jam? Lebih dari delapan
jam, ini sama sekali tidak dapat diterima. Lebih dari delapan jam untuk
tidur dari dua puluh empat jam tidaklah mungkin diterima bagi seorang muslim awam, terlebih lagi seorang murid peniti jalan menuju Allah SWT.
Akan tetapi, bagi orang yang terbiasa tidak mengatur waktunya, kami
katakan, “Mulailah dengan dari delapan jam untuk waktu tidur.” Adapun
yang sudah terbiasa, mulailah dari enam jam, niscaya itu sudah cukup
baginya. Namun, bila engkau tidak mampu untuk melakukannya, mulailah
dari delapan jam, kemudian setelah itu kurangi seperempat jam.
Setelah satu bulan berlalu dan engkau kuasai dirimu dengan delapan
jam waktu untuk tidur ini maknanya bahwa engkau telah membiasakan
tubuhmu untuk cukup dengan delapan jam untuk waktu tidur. Maknanya,
engkau telah memiliki kemampuan tidur tidak melebihi waktu yang
ditentukan. Karena melebihi dari kadar tertentu yang telah ditentukan
untuk tidur akan menimbulkan kelemahan pada jiwa. Karenanya jiwa pun
akan menjadi lemah, dan lahirlah malas, enggan, tidak bersemangat, dan
terus semakin lemah semangatnya.
Jangan pernah ada delapan jam setengah atau delapan jam seperempat
berlalu dari dirimu dalam satu bulan itu sampai melekat keteraturan
itu pada dirimu dan nafsumu menjadi terbiasa dengannya. Setelah itu,
kurangi lagi seperempat jam….
Saat ini engkau adalah seorang yang terikat dan teratur dengan waktu.
Bagimu sudah ada perbedaan antara tidur setengah jam dan seperempat
jam. Sebelum itu, mungkin engkau tidur setengah jam atau seperempat jam
melebihi kadar tertentu tidak ada masalah. Akan tetapi sekarang tidak
demikian halnya. Sekarang engkau adalah seorang peniti jalan menuju
Allah SWT. Seperempat jam teramat berharga untukmu. Karenanya
kurangilah seperempat jam dari waktu tidurmu. Demikian seterusnya
hinga dikurangi seperempat jam yang kedua, ketiga, dan seterusnya
hingga sampai kepada enam jam. Ketahuilah, pertengahan tidur bagi
seorang salik adalah enam jam. Dan bila engkau memiliki semangat yang
lebih tinggi lagi setelah terbiasa dengan itu, boleh juga engkau
kurangi lagi seperempat jam.
Perhatikan! Seperempat jam yang engkau kurangi ini dan seperempat
jam berikutnya hingga sampai kepada enam jam haruslah disertai pula
dengan hari yang tertata. Dalam arti bahwa seperempat jam yang engkau
kurangi dari waktu tidurmu itu haruslah engkau pergunakan untuk
kegiatan berharga untuk mengisinya, dan jangan engkau isi dengan
kebingungan atau kesia-siaan membuang-buang waktu percuma.
Sebagian anak muda berkata, “Mari kita pergi menghabiskan waktu!”
Sesungguhnya engkau tidaklah diciptakan untuk membuang dan
menghabis-habiskan waktu. Sesungguhnya engkau diciptakan untuk meraih
keberuntungan kekayaan waktu. Seorang murid akan merasa napasnya
bernilai apabila napasnya berlalu dalam dzikir, dakwah kepada Allah SWT,
atau memberikan manfaat lain bagi hamba-hamba Allah SWT.
Bila engkau dapat memenuhi aktivitas di siang hari dengan
perbuatan-perbuatan yang semestinya, niscaya engkau akan dapat menata
waktu-waktu tidurmu. Akan tetapi bila engkau biarkan waktu jagamu
terbuang begitu saja, sudah barang tentu engkau tidak akan pernah
dapat menata tidurmu selama-lamanya. Antara keduanya terdapat
hubungan, keseimbangan, dan saling menyempurnakan. Di saat engkau
menata waktu jagamu, niscaya engkau akan merasa butuh untuk
menyedikitkan waktu tidurmu. Dari sana terciptalah penguasaan diri dalam
hal menyedikitkan tidur.
Perhatikan baik-baik! Jangan engkau beranjak dengan semangat yang
menggebu-gebu kemudian engkau putuskan bahwa mulai malam ini engkau
akan mengurangi waktu tidurmu dari sepuluh jam menjadi dua jam,
misalnya. Perkara suluk ini tidaklah demikian adanya, melainkan
semuanya dilakukan dengan bertahap dan perlahan.
koleksi ilmu hikmah, kisahsufi,tasawuf,fengshui,maulid,desain grafis,batu akik,batu obsidian, paypal pay,za,pendanaan,RENTAL MOBIL proyek,investor,funder,kredit kpr,pinjaman multi guna ,pialang,wali amanat,SEWA MOBIL CIREBONtaxi online cirebondan lain-lain
koleksi ilmu-ilmu hikmah,kisah 2 tokoh sufi.teknologi tips n trik dll
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
stroom09@gmail.com